Lagi ngeliatin
foto anak-anak SMA Recis di laptop, pas mereka kemaren acara di hutan,
hati ini bercampur antara haru, agak sedih dan pasrah. Lebai banget ya – kenal
juga engga padahal?
Tapi melihat
mereka saya teringat kalau saya pernah menginjakkan kaki dan belajar juga di
SMA Recis selama 3 tahun, dan melihat mereka kenang-kenangan masa itu muncul
kembali, yang tidak akan terulang walau saya melihat foto-foto itu berulang
kali. Masa SMA - masa yang indah walau tidak enak.
Dilihat dari gaya, setidaknya gaya
mereka sama. Nampang, berangkulan, tertawa senang, pakai pakaian yang trendi,
dan sudah pasti tidak cocok dengan keadaan di hutan Bodogol. Yang perempuan
manis dan cantik. Yang laki-laki keren dan gagah. Inilah masa-masa berpacaran,
saat hormon memuncak dan bodi belum rusak karena kurang olahraga. Yap, betul –
ini adalah masa-masa dimana serangan jantung, stroke belum muncul dan tidak
perlu berpikir stres memikirkan kehidupan. Di masa ini stres adalah jika kamu
naksir cewek tapi ga pernah berani nyatain cinta, lalu dia direbut orang.
Yah mikirin yang
terakhir itu saya jadi ga mau kalau disuruh kembali ke masa SMA. Yang terakhir
itu membuat saya sengasara sekali karena saya adalah tokoh loser di dunia cinta
SMA. Menyedihkan pokoknya. Menyedihkannya saya cuma bisa dikalahkan oleh tokoh2
nerds karena saya golongannya adalah setengah nerds setengah petualang, lebih high level dikit.
Jaman itu tatapan
cewek taksiran serupa laser yang membutakan mata. Saya selalu membuang muka
kalau ditatap oleh cewek taksiran saya. Menunduk, semoga tidak ketahuan kalau
sebelumnya menatap. Hati deg-degan kaya mau copot kalau cewek taksiran mendekat, padahal boro-boro dia kenal saya.
Yah, tapi tau nga - masa-masa kekalahan ini akhirnya lewat juga, and what u know? Cewek yang saya taksir 17 tahun yang lalu, yang bahkan saya tidak berani tatap matanya 2 tahun yang lalu menjadi pacar saya, dan tahun depan kami akan menikah.
Ga tau apa yang terjadi seandainya dulu saya sempat punya keberanian dan nembak dia? Apakah ceritanya akan sama?
Jadi, menjadi makhluk malang juga ada untungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar