Kamis, 28 Juli 2011

Kawat Tipis

Kalo kata saya, hidup itu ibarat kawat tipis...

Pernah ga kamu ngebengkokin kawat tipis, dengan memuntirnya, atau menekuknya - dan lihat hasil bengkokannya? Jadi tidak lurus, berbentuk agak patah-patah, dan walau coba diluruskan lagi kawatnya tetap saja sudah tidak berbentuk lurus sempurna, selalu saja ada bekas lekukan-lekukan, ga kaya kalau kita beli di toko buku.

Di kehidupan selalu ada persimpangan-persimpangan penting dimana kita harus memilih, A, B, atau C... dan lain-lain. Misal saja, memutuskan menikah dengan siapa, mengambil universitas apa, memilih marah atau diam saat berkonflik dengan teman, berhenti bekerja atau tetap stay dengan kondisi yang buruk di kantor. Itulah bengkokan-bengkokan, simpangan-simpangan dalam hidup kita.

Hidup memang seperti kawat. Jalan kita tidak lurus, dan memilih alternatif itu seperti membengkokkan kawat. Kadang kita tidak puas (atau puas) melihat kemana arah kita menuju, tapi yang jelas tidak ada hidup yang lurus karena selalu ada belokan dimana-mana - dibuat oleh kita sendiri dengan "hak bebas" kita untuk memilih, atau karena keadaan memaksa kita - dimana "hak bebas" kita tidak terlalu penting lagi.

Meluruskan dengan paksa sebuah kawat yang berbengkok-bengkok bisa mengakibatkan kawat tersebut patah. Mungkin yang bisa kita lakukan hanyalah membentuknya menjadi bunga-bungaan, menjadi bentuk-bentuk lain yang menarik, kincir angin, mobil, ikan...

Yah begitulah... lebih baik menjadi ikan daripada berusaha jadi lurus tapi ga karuan.

Kamis, 14 Juli 2011

Bohlam Phillip

Apa iya sebagian manusia sudah dikondisikan suram secara otomatis?

Ini pertanyaan benar, dan sesadar-sadarnya, sebelum saya pergi ke India minggu depan, dengan menggunakan uang saku yang kalau bisa tidak keluar lebih dari 3 juta untuk 2 minggu.

Kalau saya melihat sekeliling saya, banyak sekali manusia yang sudah merasa mentok hidupnya. Mau berprestasi tidak bisa, mau jadi orangtua yang baik tidak bisa, mau menjadi anak yang baik tidak bisa, mau kaya tidak bisa, mau jadi teman yang baik tidak bisa, mau makan enak tidak bisa. Dan bukan karena orangnya tidak mau, namun kalau dilihat halangannya rada banyak coy, kalau tidak bisa dibilang sejublek, sehingga probabilitas dia OK kecil atau sangat kecil.

Nah kita ngomong lagi deh soal "kehendak bebas" yang dulu, yang tidak begitu saya akui prinsipnya (karena kebetulan biasanya selalu dicetuskan oleh yang sudah tercerahkan, yang mapan, bonafid, positif).

Kebetulan saya dilahirkan dengan gen yang berhubungan dengan sifat keingintahuan, penasaran, rela berkorban, agak heroik, agak kejam, agak pinter, cina, suka menolong yang besar. Lah iya, kalo engga saya tidak akan berangkat ke India untuk jadi fakir . Mungkin kalo gen nya lain saya dari awal aja sudah ogah mikir jalan-jalan sengsara ke India, kaga ada rencana, kena diare, nginjek tai sapi. Paling saya karena dilahirkan tenang, berwibawa, pinter, ga ngambil resiko, saya saat ini sedang duduk di kantor menyelesaikan laporan akuntansi.

Itu kalau nasib saya baik. Kalau tidak baik saya akan jadi pegawai kantor pos, gaji 1 juta 200 ribu, tinggal di gang sempit, punya istri 1, anak 2 - menunggu anak ketiga, makan malam dengan indomie hari ini, istri tidak kerja dan ada hutang di bank 2 juta buat masukin anak ke sekolah.

Lalu bisa jadi kalau sifat agresifnya nempel ma saya, maka saya lagi frustasi sekarang, sudah 10 tahun ga naik jabatan, tahun lalu gaji naik 50 ribu. Sudah kursus Inggris di LIA (yang notabene ngabisin gaji saya dan sampai ngutang ke saudara) tapi pas buat ngelamar kemana-mana tetep ga laku soalnya saya kalah saingan. Kalo sifat rendah diri yang nempel ma saya (cuma tetap agresif) maka saat ini saya lagi merencanakan pembunuhan terhadap si bos yang suka perlakuin saya kaya sampah, nyuruh-nyuruh en membentak-bentak (tapi rencananya cuma disimpen di hati sampai lupa aja walau mendongkol tiap hari).

Lalu memang sial ya... ada memang keadaan yang buat berubah itu sulitnya minta ampun - walau bisa aja orang bilang "wah elo kan walau keadaan gitu ada kesempatan bro?" nah itu orang kebetulan melihat keadaan kita dengan gen yang nempel di badan dia.

Yah namanya juga dunia yang kata Anthony de Mello (sang tercerahkan) - sempurna apa adanya dengan segala ketidaksempurnaan di dalamnya. Terus terang (terang terus, sambung lampu Phillip) saya sih masih mencari wahai guru yang tercerahkan, kebetulan saya ada modal gen nekat sedikit jadi bisa dipakai untuk mengelana di dunia yang sering suram ini.

Anyway saya janjilah, kalau saya tercerahkan saya akan bantu manusia lain agar tercerahkan (btw kalau semua orang di dunia tercerahkan, so gimana keadaanya nanti ya - punah juga kali ni umat manusia?).

Catatan editan: saya ga jadi ke India neh ternyata... huhuhuhu...