Senin, 18 Mei 2015

Bahagia yang Sederhana Part 1- Shower

Ini harus ditulis. Ini harus ditulis.

Bahagia itu sederhana dan akan tetap sederhana. Jadi begini kejadiaannya, hari ini hari terakhir saya menginap di Hotel Permata Hati di Banda Aceh. Hotelnya lumayan bagus, agak lega kamarnya. Nah karena kalau keluar ruangan agak panas (kaya di Jakarta) maka selain keluar dari ruang meeting, masuk ruang makan narasumber (catatan: ni hotel memberi fasilitas buat sekitar 10 orang utk makan di ruang VIP yang nyaman) maka tempat terakhir saya adalah kamar saya sendiri.

Sudah 3 malam menginap di kamar ini dan karena panas maka saya memakai AC, dihidupkan terus kecuali kalau dingin sekali dimatikan. Akibat penggunaan AC ini, yang sebenarnya saya tidak biasa (tapi tetap suka menggunakan AC kalau menginap di hotel walau kadang suka merasa badan jadi ga enak) maka saya sering merasa kedinginan sekali (maklum boy, saya tinggal cuma di Bogor yang hawanya juga panas).

Main laptop (mumpung wifi gratis dan pol) bikin badan saya super duper dingin, dan kalau sudah 15 menit nongkrong - sehabis selesai acara, jadi malas mandi. Polanya sudah ketauan tapi tetep saja saya nongkrong depan laptop. Wahai saudara-saudara, ketahuilah saya bukan orang yang malas mandi. Kebersihan badan adalah sebagian dari iman. Mensana corpore sano, atau begitulah kira-kira. Dan badan saya memang gak enak kalau tidak mandi.

3 hari tersiksa karena dingin, saya dari awal sudah memperhatikan kalau shower di kamar mandi kok gak ada heaternya ya? Ada 2 keran tapi dua-duanya dingin. Mungkin karena Aceh panas ya, jadi pelanggan ga butuh air panas, atau dipasang 2 keran, tapi seperti di rumah saya yang belum sanggup pasang heater so tetep dua-duanya air dingin. Walau saya sempet mikir beberapa saat mengenai hal ini tapi karena memang tidak melihat adanya tonjolan2 barang segede koper yang menandakan adanya heater so ya terima saja kalau kamar mandi ini memang bershower air dingin.

Di hari terakhir ini saya mandi malam, kedinginan dan takut-takut kena percikan air di shower. Gosok sabun ke badan dengan air dingin yang makin tambah dingin gara-gara hisapan exhaust fan di atas kamar mandi. Belum lagi hembusan AC dari kamar masuk juga. Brrr dingin bingit.

Iseng-iseng, saya putar keran ke arah berlawanan. Air mengecil. Ah, saya pikir nothing to loose lah.

Dah terjadilah miracle itu... saya rasakan, setelah 2 menitan disiram air dingin.... airnya kok tiba-tiba jadi suam-suam kuku. Lalu makin hangat. ASTAGANAGA, airnya bisa panas.

Nah tuh.. liat kan, water heaternya ga keliatan?
Kebahagiaan segera hinggap di dada saya. 3 hari kedinginan, yang diatas berkehendak lain, memberikan saya air panas. Mungkin teman-teman yang baca melihat hal ini sepele aja, tapi bagi saya ini kebahagiaan luar biasa yang membuat saya terbang ke awan. Pori-pori kulit saya sampai merinding kalau mengingat hal ini.

Saya rasakan hangatnya air di punggung saya. Yang tadinya tidak mau keramas, jadi langsung keramas. Nyes-nyes.. kaki saya yang dingin mulai menghangat, dan walau panasnya menjadi sangat panas tetap saya nikmati itu beberapa saat sebelum mulai memutar keran pelan ke arah tengah agar mulai bercampur air dingin.

Di situlah kemudian saya membanyangkan kalau seandainya nanti saya bisa menyediakan misalnya pemandian air panas, atau cukup rendam kaki gratis bagi para pendaki gunung, di suatu tempat terpencil tinggi di sebuah gunung. Indahnya dunia...

Ok. get back. Intinya saya tidak akan lupa siraman air panas tersebut. Bahagia memang sederhana ya? Tapi bahagia macam begini lah yang menjadi jalan saya untuk tidak pernah lupa cita-cita masa tua saya untuk punya warung kopi dengan shower air panas di gunung dingin disana...