Selasa, 31 Juli 2012

Guru yang Payah


Guru yang perlu dikasihani Ibu R ini. Betul, beliau ini perlu dikasihani bukan dalam rangka sakit-sakitan, atau gajinya kecil dan mengajar di tempat terpencil, namun karena sudah sampai setua ini namun tidak juga menjadi bijak dan tetap di bawah rata-rata seperti keadaan 17 tahun yang lalu.

Ibu Rb ini adalah guru fisika SMP saya, yang punya peran signifikan dalam membuat saya menyerah kepada rumus-rumus fisika yang sebenarnya saya cintai terutama dalam bentuk ilmu astronomi. Beliau atau saya sebut saja dia karena saya kurang hormat dengan guru ini adalah seorang guru yang senang mengajar dengan muka cemberut (mungkin juga karena mukanya jelek) dan pilih kasih, kalau ke murid yang sudah pintar dari sananya maka ia akan baik hati, tapi kalau ke murid yang cuma setengah-setengah seperti saya maka judesnya minta ampun.

Saya ingat suatu waktu pernah dalam ulangan umum nilai fisika saya adalah 10 alias sempurna (satu-satunya pencapaian terbesar saya di SMP, dan tidak pernah terulang lagi seumur hidup) – namun di raport saya tengok nilai saya malangnya cuma 7. Padahal ulangan harian saya pun ga jelek-jelek amat di atas nilai 7. Malas belajarlah saya sejak itu karena hasil kerja keras saya dan metode kalkulasi kemungkinan benar saya di bagian silanglah kurang dihargai oleh guru. Saya rasa ia menuduh saya sebagai pencontek sehingga tidak patutlah nilai saya menjadi lebih baik.

Yang mau saya bahas bukanlah karena cara mengajarnya yang buruk, dengan muka cemberut tidak happy karena berat jodoh mungkin waktu itu, atau judesnya yang tidak memberikan pencerahan pengetahuan bagi para murid SMP saya di Bogor waktu itu – namun karena hari ini saya bertemu dengan guru ini, sama-sama beli mie ayam di depan eks SMA saya karena mungkin kalo beli di tempat lain susah karena lagi jaman puasa.

Ini adalah intisari kumpulan percakapan yang saya susun dalam bentuk point, sebab saya sedang ga mood menuliskan bentuk percakapan:
  • Angkatan berapa ya? (tidak tahu nama saya dan tanpa mau bertanya nama sampai percakapan berakhir 10 menit kemudian – apa susahnya sih ya nanya nama kalau tidak tahu?)
  • Kalo kerjanya di LSM gajinya berapa? (ihhh comel amat mau tau urusan gaji orang laen – kenal dekat aja kaga – jengah ga sih sama orang yang baru ketemu lalu nanya gaji kamu berapa?)
  • Itu gimana caranya supaya yang buang sampah ke selokan bisa ga buang sampah ke situ lagi – bikin selebaran kamu kan bisa? (lah ngegampangin amat seh kerjaan saya di LSM, apa ga sering baca koran kerjaan LSM2 lingkungan itu banyak juga ga cuma mungutin sampah atau belum dapat pencerahan selama 17 tahun mengajar bahwa persoalan tidak dipecahkan hanya bikin selebaran?)
  • Bang, mie ayam dua Bang... (ini kalimat paling normal dari dia)
Jadi ga minat dan ilfil emang ma guru model gini, yang sekarang ngajar di SMP xxx di Bogor sejak 2006.

Yang namanya guru, sok atuh belajar:
  1. Ramah dan bersemangat mengenal siswa. Minimal kalo engga kenal berusaha bersahabat, dan bukankah guru yang baik adalah guru yang juga bisa bersahabat dengan murid-muridnya?
  2. Tau mana yang sensitif dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi – juga kalau mengajar tidak sekedar mengajar menyampaikan pelajaran secepat-cepatnya.
  3. Sering belajar, membaca buku dan melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang, tidak bloon seperti belajar di SD – ini Ibu Budi dan ini si Amir. Mau berkembang.
  4. Makan mie ayam boleh berarti merakyat tapi perilaku ga boleh kampungan dan norak. 
Ini model guru kok sama dengan Y dari SMA sejenis yang picik dan norak minta main kongkalikong buat ngurus wisata para pelajar (saya ceritakan kalo saya punya waktu nulis). Atau dulu ada Pak Dsms di SD saya Bogor tahun 90an awal yang suka ngegetok dan nyubit anak-anak SD tanpa kesalahan yang berarti. Saya sering mengalami keram di perut kalau mau masuk pelajarannya. Jahat banget ni guru.Pada diseleksi ga seh buat jadi guru-guru di sekolah ini? Kok kelakuan pada banyak negatifnya ya?

Walah kok guru tak patut digugu dan ditiru sih?

3 komentar:

  1. Gue udah curiga elu yg nulisa dari kalimat awal, apalagi pake penekanan "LSM"nya :D

    BalasHapus