Senin, 27 Juli 2015

Membuat Lensa Makro untuk Kamera Pocket

Dari hobi amatir saya motret, ceklak-ceklik terutama kalau sedang travelling saya jadi akrab dengan kamera pocket. Kenapa? Sebab harganya murah, praktis (ringan dan kecil) jadi ga ribet kalau lagi jalan-jalan.

Notabene sudah beberapa kamera pocket yg saya pakai: Panasonic DMC LS5 (sampai 2014an), Fujifilm A220 A230 (sampai 2011an) dan merek-merek lain seperti Orite, Spectra dll. Biasanya saya baru ganti kamera kalau rusak atau hilang. Yang paling tragis adalah Fujifilm saya yang jatuh ke Sungai Kapuas saat saya renang dan naik ke rakit (rakitya bergoyang dan si pocket langsung plung).

Butir air, dengan lensa makro tambahan
Yang sekarang saya punya adalah Sony WX50 yang menurut saya keren banget. Nah buat temen-temen yang suka motret pake kamera saku, mungkin mengalami beberapa hal ini seperti di kamera saya:
- Makro tidak maksimal. Kamera saya bisa mendekati sampai 5 cm. Ada juga yang bisa sampai 1 cm, tapi masa iya mo motret serangga dari jarak 1 cm?
- Sulitnya fokus pada benda kecil dan jadi ga peka warna (sensor kamera bingung kayanya sebab maybe tidak didesain untuk khusus makro ya)

Nah guys... ini tips untuk memotret makro dengan kamera saku. Saran saya adalah:
MEMBERIKAN LENSA TAMBAHAN untuk motret makro. Ya sesimple itu memang. Intinya memang cuma perlu nempelin lensa di depan lensa kamera kita.
Mendapatkan lensa bisa dari:
-Lensa kacamata plus. Kalo beli di emperan dapet Rp 10.000-15.000 untuk maksimal plus 4 (saya baru nanya dengan pedagang emperan di Glodok). Kalo mau lebih afdol silahkan ke toko kacamata besar dan minta digosokin lensanya (pilih sendiri).
- Kaca pembesar (lup). Kemarin saya nanya yg pembesaran 6x, lensanya lumayan gede buat kamera sih harganya cuma Rp 7500. Cuma ga disaranin karena masalah hasil.
- Ngebongkar kaca pembesar buat cek batu akik. Waktu awal saya nanya ma pedagang Glodok, dikasih 75 ribu yang buatan Cina tea. Pas saya cek tokopedia harganya 20 rebuan aja. Anjrit. Cuma sayang rasanya kalo dibongkar ya, dan saya ga tau apa memang cocok buat lensa makro kamera karena kalo liat perbesarannya gede banget ya (45x dan 60x)... --> saya akan kasih review kalo udah saya beli barangnya.
- Kamera jadul yang udah rusak, bongkar dan ambil lensanya (ini yang saya kerjain).

Di bawah ini saya cerita yang saya kerjain aja yaaaa... :)

Canon jadul
Panasonic digital
Saya milih lensa dari kamera jadul yang saya bongkar sendiri. Selain penasaran, saya yakin kalau lensa ini sudah baik karena memang didesain untuk kamera. Kalau pakai kaca pembesar atau lup pada  hasil akan nampak chromatic aberration (warna ungu pada bagian yang kontras. Walhasil hasilnya ga terlalu bagus).

Ini gambar kamera yang saya bongkar (2 kamera pocket, dari Panasonic DMC LS5 (digital) dan dari kamera jadul yang pake rol film merk Canon Prima BF 800).

Lensa dari Canon jadul
Lensa dari Panasonic digital
Setelah dikoprek-koprek, pake obeng pake piso, dapatlah beberapa lensa yang berharga dari masing-masing kamera tadi. Tidak semuanya lensa cembung, ada juga yang cekung. Kamera jadul yg pake rol film kalo saya bilang lensanya lebih banyak ya sebab ada viewfindernya...

Lalu setelah itu saya coba-coba dan mikir-mikir. Setelah memikirkan akan membuat selongsong dan lain-lain seperti yang disarankan oleh para blogger, saya memutuskan tidak memakai selongsong untuk menaruh lensa tersebut, melainkan hanya memakai selotip kertas / lakban / masking tape secuil untuk melekatkan lensa makro (dari kamera jadul, ukurannya cukup besar) tersebut tepat di depan lensa kamera. Untuk lensa makro yang ukurannya kecil, sepertinya memang perlu dibuat selongsong, atau jangan potong tepian plastik piguranya agar masih bisa ditempel dengan selotip kertas.

Selotip kertas / lakban / masking tape
 Ini adalah pembelajarannya:
- Lensa makro tersebut hanya menjadi jelas jika menempel sangat dekat dengan lensa utama kamera
- Lensa yang didapat bermacam-macam. Dari kamera jadul saya mendapat lensa makro dari viewfinder yang cukup baik sehingga bisa memotret dari jarak agak jauh (sekitar 5-10 cm) dimana itu cukup untuk memotret serangga agar tidak kabur.
- Lensa yang pembesarannya lebih baik juga didapat dari 2 kamera yang dibongkar. Masalahnya adalah jarak obyek dengan lensa makro harus sangat dekat (kurang dari 5 cm). Maybe tepat untuk motret yang ga bergerak.

Ini adalah hasilnya, diambil dengan kamera Sony WX50, lensa makro tempel dan selotip kertas
Dengan lensa makro viewfinder Canon bisa motret agak jauh tapi pembesaran ga maksimal
Walang, dengan lensa makro tempelan dari viewfinder Canon

Anak belalang sembah, dengan lensa makro tempelan Panasonic digital. Fokus tajam kecil pembesaran bisa maksimal

Pembesaran minimal memakai lensa tempel dari oprekan kamera digital Panasonic

Pembesaran maksimal dengan lensa dari kamera digital Panasonic. Blur karena ga pake tripod

Pembesaran makro maksimal (tidak blur) tanpa tambahan lensa apapun
 Dari penggunaan lensa tambahan yang ditempel pake selotip kertas ini saya lihat hasilnya cukup bagus kok. Hanya saja agar obyek bisa fokus tajam kita yang harus maju mundur kameranya (kalau pakai zoom juga terbatas). Yah asal sabar saya rasa bisa mendapatkan hasil yang baik. Sekian liputannya semoga berguna dan lebih memuaskan dibanding pakai jelly lens atau lensa makro HP yang sering ga pas / compatible dengan bentuk lensa kamera pocket.

Minggu, 19 Juli 2015

Review Pengguna Sony DSC WX50



Kamera pocket Sony DSC WX50 saya dibeli bulan November 2014 lalu, barang second seharga 1,2 juta dari sesorang di Bandung. Ia menggantikan Panasonic DMC LS5 (juga kamera pocket) yang gugur setelah lebih dari 2 tahun bertugas (mati total, dengan biaya 70% harga beli jika diservis).
Kamera ini bila dibeli baru (sudah diskontinu saat saya mendapatkannya) adalah seharga sekitar 2,1-2,4 juta. Termasuk kamera yang sangat baik pada levelnya karena:

  • Mampu merekam full HD 1920x 1080 / 50 frame per detik. Artinya kualitas video yang dihasilkan sangat baik (tidak pecah-pecah, kecuali jika menggeserkan kamera terlalu cepat atau men-zoom terlalu dekat lalu menggeserkan kamera). Microphone sangat peka suara.
  • Sensor CMOS bukan CCD. Kualitas gambarnya lebih halus.
  • Sangat mampu mengambil gambar yang baik dalam keadaan sangat gelap (dimana kamera sekelasnya sudah keok). ISO terbesarnya adalah 12.800 sangat capable untuk hal ini, walau tidak disarankan karena menimbulkan noise. Canon Ixus 160 saja yang baru muncul seharga 1 juta cuma punya ISO 1600 (duh payah).  
  • Bukaan terlamanya adalah 4 detik. Walau tidak terlalu lama tapi cukup baik, masih bisa mengambil foto goresan cahaya dari mobil di tengah malam.
  • 16,2 Mega Pixel. Cukup besar untuk kualitas gambar yang dihasilkan (sekitar 2-6 MP dalam bentuk file JPG). 4608x 3456 pixel besar gambarnya.
  • Kualitas gambar sangat jernih terutama utk landscape. Kontras baik.
  • Wide angle 25 mm, n bisa bikin buram latar (hehe, lumayan keren).
  •  Prosesor EXMOR. Saya ga tau ini apa sih, tapi kayanya ngaruh sama kecepatan pengolahan data ya?
  • Lensa Carl Zeiss. Ini lensa keren neh yang tangkepannya jernih banget.
  • Bisa panorama otomatis.. tinggal geser aja, jadi deh dapet landscape yang luas.
  • Bisa bikin gambar 3D (ga pernah dicoba sebab memutarnya perlu pake TV yang bisa 3D).
  • Ngambil gambar beruntun 2x atau 10x dalam sekali jepret.


Setelah memakai sekitar 9 bulan, hal-hal inilah yang saya kenali juga kelemahan dari kamera Sony DSC WX50 ini:

  • Dapat mengambil dalam mode otomatis superior, dengan hasil yang lebih halus dari biasanya. Sayangnya dikompensasi dengan kelambatan pengambilan gambar (bisa sekitar 5 detik untuk ready pengambilan berikutnya).
  • Agak payah di makro (makro paling dekat 5 cm, ini gapapa tapi masalahnya adalah kurang bisa membedakan warna dengan mode makro, warna hijau misalnya menjadi pucat, dan sering tidak bisa fokus). Tapi kayanya sih kamera sekelasnya yang lain juga jelek ya di makro?
  • Tombol kecil, suka salah mencet /tergeser
  • Agak boros batere ya... atau karena secondkah baterenya agak drop? Saran saya sih punya batere cadangan kalo misalnya motret satu harian full
  • Kecil. Cukup masuk saku memang... Cuma ngerasa kekecilan ya?
  • Pilihan mode picture di kameranya so-so lah. Lumayan, misalnya ada pop, poster, toy, cat air, partial, soft dll. Tapi kayanya kamera lain lebih banyak deh untuk main2nya.
  • Cuma 5x optical zoom. Tapi ga masalah buat saya yang ga doyan nge-zoom demi menjaga kualitas foto (sebab kalo ngezoom, begitu tangan bergetar sedikit maka gambar bisa blur).
  • Kualitas pengecetannya agak payah (dah agak kegores2 neh).
  • Kalo saya kasih nilai begini lah jadinya (skala 1-10). Inget ya... saya ngebandingin dengan kamera2 pocket ex saya
  • Kualitas gambar 9 (kalau resolusinya 20 MP maka saya kasih nilai 9,5 dia).
  • Kualitas video 8,5 (saya ga pasti karena kurang suka rekam video, tapi ini di atas rata2).
  • Bentuk 7 (biasa banget, kekecilan tombol2nya).
  • No Noise 9 (ampir ga nemu noise yang berarti bahkan di malam hari).
  • No Chromatic aberation 9 (ampir ga nemu bercak-bercak ungu2 di picture)
  • Makro 7,5 (biasa aja, cuma karena kualitas gambar bagus terbantu)
  • Harga 9,5 (sebab terakhir di blibli.com bulan Juli ini harganya cuma ampir 1,1 juta aj).Tapi kalo ente beli 2 juta waktu awal beredar, saya kasih point 7,5 aja.
  • Batere 7,5 (biasa-biasa aja)
Ok deh... buat yang memang masih bisa nyari kamera ini, saya recommended banget. Saya masih belum bisa liat saingannya di harga sekitar 1,5 juta ya... kecuali ada kamera pocket kualitas bagus yang lagi di promo (clearance sale).

Contoh picture
Makro bunga, dari bawah ke atas.

Landscape, wide angle 25 mm

Landscape. Lokasi: Kota Tua, Jakarta

Slow shutter speed, 4 detik. ISOnya lumayan memadai, tp better pakai tripod spy ga blur
Mode Pop. Selain itu ada partial, BW, watercolor, dll