Selasa, 24 Januari 2012

Gara-gara Ngopi

Secangkir kopi... apa ya artinya?

Dulu saya bukanlah termasuk penggemar kopi. Saya masukkan kategori itu karena yang saya lakukan adalah hanya mencuri minum kopi dari gelas kecil kakak saya di rumah. Seteguk saja cukup, dan biasanya karena hanya seteguk, rasanya yang enak itu biasanya membekas selama 1 menit lebih lama dibanding kalau saya bikin sendiri. Saya minum seteguk, juga karena biasanya saya lakukan itu di hadapan kakak saya- yang lalu biasanya marah dan nakol kepala saya, atau meludahi gelas kopinya kalau saya bersiap-siap untuk minum untuk tegukan kedua.

Lalu ada masa-masa dimana saya kerja. Minum kopi sachetan sebab malas masak air, mencampur gula dan kopi. Kopi sachetan cuma cukup buat cangkir kecil. Jadi agar lebih banyak saya tambah gula dan air panasnya. Supaya kenikmatannya lebih lama.

Lalu tiba juga masa dimana saya pergi ke perkebunan kopi di nun jauh di Lampung. Bersama orang-orang Jawa transmigran, saya memetik buah kopi yang merah dan hijau - dipetik bersamaan karena kalau tidak akan sayang terbuang, karena panen adalah bersamaan bukan satu pohon merah satu persatu. Disini saya melihat kenyataan, harga tinggi di pasar tidak berarti si petani bisa kaya. Disini 1 kg kopi kering dihargai Rp 7500 sampai Rp 12.500 (terakhir, yang dibeli Nestle, dengan kadar air 12%). Bandingkan dengan yang sudah jadi biji dioven, seharga minimal Rp 40.000 di pasar. Sebagian jiwa pengusaha saya ingin dapat keuntungan sebesar-besarnya mengetahui ini dan sebagian jiwa saya juga ingin agar petani ini dikasihani, cuma saya juga melihat bahwa jaringan yang sudah terbentuk tidak mudah diputus. Para petani bahkan sudah berhutang jauh sebelum panen sehingga hasilnya kurang lebih akan dijual ke pemberi hutang. Darimana saya punya uang untuk menghutangi petani itu... kedua adalah saya melihat sendiri betapa sulitnya merubah kebiasaan petani yang untuk beli rokok punya uang, sedang untuk beli susu anak uangnya dipegang rapat di kantung celana. Salah-salah saya ngemodal, atau terjun ke masyarakat bisa-bisa saya yang minta dikasihani (mokal kata anak gaul mah).

Kebon kopi di pagi hariiiii
Namanya juga cuma menulis, lebih mudah berbeda dengan beraksi. Maka saya mencita-citakan bahwa semoga suatu waktu saya bisa memulai dengan modal yang lumayan, untuk sekalian mendapatkan uang dari berdagang kopi, sementara si petani mulai jadi lebih sejahtera serta berubah tabiatnya dari tukang hisap rokok menjadi lebih care ke masa depan keluarganya.

Yah sementara kita bayangkan dulu saja sambil minum air teh... sebab kemarin-kemarin saya kebanyakan minum kopi: kopi liong, kopi sidikalang, kopi ganja aceh, kopi jambi, kopi aroma... jadi saya agak kembung dan suka tidur jam 2 pagi. Cuma maaf, ini pengakuan sejati saya - mencuri minum kopi dari gelas orang kenapa tetap terasa lebih nikmat ya?