Selasa, 31 Juli 2012

Nulis in English about This Morning


Nulis in English ah...

Today is just a cold-cold day like it used to be. It is in the middle of a dry season in Indonesia and it almost 1 month without rain. Do you know that the lowest temperature in one year usually come in the dry season when there is no clouds in the sky? No clouds mean that only little heat being trap in the sky so when the night is come, there are only small amount of heat being release slowly from the cloud.

It’s different when we are in wet season, because usually there are many clouds that keep and release the heat slowly in the night.

After send some books to the school in the morning (Charma forgot to bring some of her stuffs yesterday) I went to Juanda street and took a look the wet market that almost close in the street of Suryakencana. The Pasar Bogor (or Bogor wet market) open from 10 pm to 7 am. You can find many things here – from vegetables, meats, coconut sugars, rices, fruits to traditional cookies.

I think to buy something in the market but I canceled it soon because I hardly find space for my motorcycle.

Well, that is all... just want to practice my English and hope someday I can use it to have my Master abroad. Wish me luck friends...

Guru yang Payah


Guru yang perlu dikasihani Ibu R ini. Betul, beliau ini perlu dikasihani bukan dalam rangka sakit-sakitan, atau gajinya kecil dan mengajar di tempat terpencil, namun karena sudah sampai setua ini namun tidak juga menjadi bijak dan tetap di bawah rata-rata seperti keadaan 17 tahun yang lalu.

Ibu Rb ini adalah guru fisika SMP saya, yang punya peran signifikan dalam membuat saya menyerah kepada rumus-rumus fisika yang sebenarnya saya cintai terutama dalam bentuk ilmu astronomi. Beliau atau saya sebut saja dia karena saya kurang hormat dengan guru ini adalah seorang guru yang senang mengajar dengan muka cemberut (mungkin juga karena mukanya jelek) dan pilih kasih, kalau ke murid yang sudah pintar dari sananya maka ia akan baik hati, tapi kalau ke murid yang cuma setengah-setengah seperti saya maka judesnya minta ampun.

Saya ingat suatu waktu pernah dalam ulangan umum nilai fisika saya adalah 10 alias sempurna (satu-satunya pencapaian terbesar saya di SMP, dan tidak pernah terulang lagi seumur hidup) – namun di raport saya tengok nilai saya malangnya cuma 7. Padahal ulangan harian saya pun ga jelek-jelek amat di atas nilai 7. Malas belajarlah saya sejak itu karena hasil kerja keras saya dan metode kalkulasi kemungkinan benar saya di bagian silanglah kurang dihargai oleh guru. Saya rasa ia menuduh saya sebagai pencontek sehingga tidak patutlah nilai saya menjadi lebih baik.

Yang mau saya bahas bukanlah karena cara mengajarnya yang buruk, dengan muka cemberut tidak happy karena berat jodoh mungkin waktu itu, atau judesnya yang tidak memberikan pencerahan pengetahuan bagi para murid SMP saya di Bogor waktu itu – namun karena hari ini saya bertemu dengan guru ini, sama-sama beli mie ayam di depan eks SMA saya karena mungkin kalo beli di tempat lain susah karena lagi jaman puasa.

Ini adalah intisari kumpulan percakapan yang saya susun dalam bentuk point, sebab saya sedang ga mood menuliskan bentuk percakapan:
  • Angkatan berapa ya? (tidak tahu nama saya dan tanpa mau bertanya nama sampai percakapan berakhir 10 menit kemudian – apa susahnya sih ya nanya nama kalau tidak tahu?)
  • Kalo kerjanya di LSM gajinya berapa? (ihhh comel amat mau tau urusan gaji orang laen – kenal dekat aja kaga – jengah ga sih sama orang yang baru ketemu lalu nanya gaji kamu berapa?)
  • Itu gimana caranya supaya yang buang sampah ke selokan bisa ga buang sampah ke situ lagi – bikin selebaran kamu kan bisa? (lah ngegampangin amat seh kerjaan saya di LSM, apa ga sering baca koran kerjaan LSM2 lingkungan itu banyak juga ga cuma mungutin sampah atau belum dapat pencerahan selama 17 tahun mengajar bahwa persoalan tidak dipecahkan hanya bikin selebaran?)
  • Bang, mie ayam dua Bang... (ini kalimat paling normal dari dia)
Jadi ga minat dan ilfil emang ma guru model gini, yang sekarang ngajar di SMP xxx di Bogor sejak 2006.

Yang namanya guru, sok atuh belajar:
  1. Ramah dan bersemangat mengenal siswa. Minimal kalo engga kenal berusaha bersahabat, dan bukankah guru yang baik adalah guru yang juga bisa bersahabat dengan murid-muridnya?
  2. Tau mana yang sensitif dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi – juga kalau mengajar tidak sekedar mengajar menyampaikan pelajaran secepat-cepatnya.
  3. Sering belajar, membaca buku dan melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang, tidak bloon seperti belajar di SD – ini Ibu Budi dan ini si Amir. Mau berkembang.
  4. Makan mie ayam boleh berarti merakyat tapi perilaku ga boleh kampungan dan norak. 
Ini model guru kok sama dengan Y dari SMA sejenis yang picik dan norak minta main kongkalikong buat ngurus wisata para pelajar (saya ceritakan kalo saya punya waktu nulis). Atau dulu ada Pak Dsms di SD saya Bogor tahun 90an awal yang suka ngegetok dan nyubit anak-anak SD tanpa kesalahan yang berarti. Saya sering mengalami keram di perut kalau mau masuk pelajarannya. Jahat banget ni guru.Pada diseleksi ga seh buat jadi guru-guru di sekolah ini? Kok kelakuan pada banyak negatifnya ya?

Walah kok guru tak patut digugu dan ditiru sih?

Jumat, 27 Juli 2012

Bola, Bentuk yang Sempurna


Saya selalu menyukai bentuk bola, lebih dari menyukai bentuk kotak, segitiga, kubus, prisma dan lain-lain.

Bola bagi saya adalah lambang bangun 3 dimensi yang mendekati kesempurnaan bentuk, kemisteriusan, sederhana sekaligus sangat rumit. Indah luar biasa.

22/7, atau phi atau 3,14 sekian sekian yang tidak pernah bisa diurai komputer manapun sampai hari ini – bentuk kesempurnaan sejati dari tiada batas. Cobalah membagi 22 dengan 7, dan saya yakin sampai hari kita dipanggil kembali oleh yang di atas dengan menggunakan kertas, dengan superkomputer atau apapun hasil pasti pembagian itu tidak akan pernah kita temukan (well, at least until now gada komputer yang berhasil ngitung phi ini).

Kalau temanku pembaca adalah orang yang baik, bolehlah menjelaskan kepada saya bagaimana mendapatkan pecahan 22/7 untuk konstanta lingkaran, bentuk 2 dimensi dari bola – karena saya sampai saat ini belum mendapatkan informasi yang mudah saya pahami mengenai 22/7 ini. Please kalau pembaca menemukan informasinya, send me an email ! I will be very grateful  !

Bola adalah bentuk kesempurnaan. Planet-planet berbentuk mendekati bola, tetesan air embun saat jatuh berusaha membentuk bola.
 
Kemudian saya menemukan pula untuk diri saya sendiri bahwa grafik terbaik adalah berbentuk bola pula.

Pola saat ini, grafik dengan koordinat x, y, z tidak mampu untuk memuaskan dahaga saya akan pengklasifikasian berdasarkan 3 faktor penentu. Saya selalu merasakan 3 faktor penentu adalah terlalu sedikit, sehingga grafik yang baik adalah sebagai berikut:

 
 
Kalau saya teruskan faktor-faktornya secara tak terhingga maka kemudian akan mengisi, sampai berbentuk seperti bola...

 Well, gambarnya kurang memuaskan seh... cuma maksud saya adalah dengan ketakterhinggaan faktor penentu, maka bolalah bentuk yang paling memuaskan. Bola memang sempurna.



Rabu, 25 Juli 2012

Teori Alam Semesta (1)

Teori alam semesta menurut saya...

Pertama, alam semesta milik kita saat ini merupakan bagian dari alam semesta lain yang lebih besar (seperti sebuah atom pada sebuah materi), dan demikian juga alam semesta kita merupakan induk dari tak terhitung jumlahnya alam semesta lain yang lebih kecil. Saya sih bayanginnya gini aja... kalo atom yang disangka paling kecil dapat dipecahkan lagi, en dibuat mikroskop dengan pembesaran tak terhingga maka maybe kita bisa melihat makhluk-makhluk aneh di dalamnya (dgn berasumsi bahwa waktupun bisa diperlambat sehingga semuanya dapat dilihat dengan lambat sekali).

Kedua, awal kehidupan adalah tidak ada. Saya mikir neh, kalo-kalo aja di semesta kita ini banyak lubang-lubang lain menuju semesta lain, sehingga pararel. Benih kehidupan bolak-balik berjalan-jalan antara dunia pararel itu sehingga kepunahan dan kehancuran pada suatu semesta tanpa kehidupan adalah sementara. Artinya pada saat satu semesta hancur dan tanpa kehidupan, tinggal menunggu waktu saja sampai suatu lubang tercipta dan benih kehidupan dapat kembali kesana lagi. Walau saya rasa waktu yang dibutuhkan saangggaaattt lama, tapi ini tetap akan terjadi.

Bayangkanlah seperti  sebuah gedung dengan banyak kamar di dalamnya dimana kadang-kadang kamar itu kosong, lalu diisi lagi oleh sesorang / dua orang / 3 orang yang selalu berpindah-pindah kamar di dalam gedung itu.

Ketiga, kalau sebuah benda, melewati kecepatan cahaya, maka benda itu akan menuju ketidakterhinggan dalam alam semesta, kemudian menembus dunia-dunia pararel atau menembus dunia yang lebih besar di atas kita (karena semesta kita adalah bagian kecil dari semesta lain). Nah masalahnya gimana memperlambat laju sehingga kurang dari kecepatan cahaya lalu berhenti pada satu alam semesta tertentu?

Udah dulu ah, nanti disambung lagi...

My Dream :)

Impian saya:
- Pergi ke Tibet / Nepal, hidup n gembalain yak disana
- Jalan kaki dari Bogor ke Bandung
- Pergi ke Paris n kunjungin museum-museum di sana
- Main ke Dufan sama-sama, dari pagi sampai malam lalu diulang lagi besok
- Pergi ke Papua, hidup bersama masyarakat 3 bulan di sana
- Mengunjungi Kalimantan, hidup bersama masyarakat Dayak - sudah, dengan masyarakat Melayu, n sedikit Dayak
- Ngambil S2 di New Zealand atau Canada
- Tinggal di New Zealand dan Canada, masing-masing 2 tahun
- Berpenghasilan cukup besar, minimal 20 juta menurut kurs hari ini (standard Indonesia)
- Backpacking ke Indocina bersama Lizbeth: Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, Myanmar, lalu Bhutan, Nepal dan India
- Makan Gaya Tunggal 2 piring
- Nginep bersama Lizbeth di rumah kayu yang sepi di hutan - seminggu
- Jalan-jalan sama keluarga ke luar negeri
- Belajar main biola
- Berendam kaki pake air hangat di Kebun Teh di Puncak
- Main ski di pegunungan bersalju
- Menaklukan Gunung Kinabalu
- Menjelajah Afrika dengan mobil jip
- Membuat desa yang mandiri, mengundang orang2 untuk bertani dan hidup sejahtera
- Makan bihun si akong (boleh berkali-kali)
- Pergi ke luar angkasa, melihatr bumi dari kejauhan
- Menikah dengan Lizbeth
- Punya resor di bawah laut
- Pergi dengan Lizbeth ke Bangkok, Chiang Mai

Siapakah tuhan-Tuhanmu?


Mau agama apa: Katolik, Kristen, Islam, Budha, Hindu, Kong Hu Cu, terserah. Kita bisa jadi sama, namun juga tidak sama dalam ber-Tuhan.

Agama dan Tuhan tidak sama dan tidak berhubungan secara linear.

Menurut saya, pertama kita harus mengenal dua buah kata, yaitu divergen dan konvergen. Saya ingin menjelaskan dari kata-kata sendiri: yang satu, divergen menjelaskan bahwa sesuatu bisa jadi sama pada awalnya, dan kemudian memencar menjadi tidak sama. Seperti lensa cekung yang menghamburkan cahaya. Sedangkan konvergen menjelaskan bahwa sesuatu bisa jadi tidak sama pada awalnya, dan kemudian berkumpul menjadi sama. Seperti lensa cembung yang mengumpulkan cahaya.

Agama dan Tuhan saya anggap seperti itu.Tidak serta merta sesama agama adalah memuja Tuhan yang sama, dan tidak serta merta yang berbeda agama memuja Tuhan yang berlainan.

Saya punya teman, agama Kristen yang percaya kalau keselematan adalah hanya untuk penganut agamanya sendiri. Saya juga punya teman Islam yang berpendapat bahwa selain agama Islam adalah kafir dan sudah haknya mendapatkan tempat di Neraka yang terdalam.

Kedua-duanya memuja tuhan yang berkualitas sama bukan?

Saya juga punya teman, beragama Budha yang lembut dan penuh kasih. Menyakiti semut saja tidak mau, memindahkan sang semut ke tempat yang lebih aman saat akan menaruh piring makannya. Saya punya teman beragama Islam yang tidak mau pergi naik Haji katanya, sebelum di sekelilingnya yang kelaparan kenyang dan semua yang miskin bisa berbahagia. Saya pikir bisa tidak Naik Haji sampai tua dia.

Bukankah mereka berdua punya Tuhan yang sama, yang penuh belas kasih dab rela berkorban?

Mungkin kamu tahu dengan baik pepatah “buah tak jatuh jauh dari pohonnya.” Ya, saya mengibaratkan hal yang sama tentang Tuhan... Tuhan adalah buah pemikiran, dan siapa Tuhan kita dinyatakan lewat tindakan-tindakan kita.

Jadi saya menyatakan bahwa setiap orang yang menyatakan kasihnya dengan perbuatan dan amal-amal baik adalah orang-orang yang mempunyai Tuhan yang sama, apapun agama yang dianutnya. Orang yang menyatakan kasihnya dengan mengancam orang lain, berbuat jahat, mempunyai tuhan yang sama, apapun agama yang dianutnya.

Di sela-sela, di atas dan di bawahnya juga terdapat orang yang memiliki level tuhan-Tuhannya masing-masing.

Saya percaya bahwa Tuhan adalah evolusi pikiran yang terus berkembang tingkatannya, dari bawah berupa tingkat dasar (atau setan) sampai ke-Tuhanan itu sendiri, dan tidak berhubungan dengan agama atau kepercayaan apapun.

Seberapa mulia dan agung Tuhan di dalam pikiranmu, ditunjukkan dengan tindakanmu padaku.

Rabu, 11 Juli 2012

Jaman SMA


Lagi ngeliatin foto anak-anak SMA Recis di laptop, pas mereka kemaren acara di hutan, hati ini bercampur antara haru, agak sedih dan pasrah. Lebai banget ya – kenal juga engga padahal?

Tapi melihat mereka saya teringat kalau saya pernah menginjakkan kaki dan belajar juga di SMA Recis selama 3 tahun, dan melihat mereka kenang-kenangan masa itu muncul kembali, yang tidak akan terulang walau saya melihat foto-foto itu berulang kali. Masa SMA - masa yang indah walau tidak enak.

Dilihat dari gaya, setidaknya gaya mereka sama. Nampang, berangkulan, tertawa senang, pakai pakaian yang trendi, dan sudah pasti tidak cocok dengan keadaan di hutan Bodogol. Yang perempuan manis dan cantik. Yang laki-laki keren dan gagah. Inilah masa-masa berpacaran, saat hormon memuncak dan bodi belum rusak karena kurang olahraga. Yap, betul – ini adalah masa-masa dimana serangan jantung, stroke belum muncul dan tidak perlu berpikir stres memikirkan kehidupan. Di masa ini stres adalah jika kamu naksir cewek tapi ga pernah berani nyatain cinta, lalu dia direbut orang.

Yah mikirin yang terakhir itu saya jadi ga mau kalau disuruh kembali ke masa SMA. Yang terakhir itu membuat saya sengasara sekali karena saya adalah tokoh loser di dunia cinta SMA. Menyedihkan pokoknya. Menyedihkannya saya cuma bisa dikalahkan oleh tokoh2 nerds karena saya golongannya adalah setengah nerds setengah petualang, lebih high level dikit.

Jaman itu tatapan cewek taksiran serupa laser yang membutakan mata. Saya selalu membuang muka kalau ditatap oleh cewek taksiran saya. Menunduk, semoga tidak ketahuan kalau sebelumnya menatap. Hati deg-degan kaya mau copot kalau cewek taksiran mendekat, padahal boro-boro dia kenal saya.

Yah, tapi tau nga - masa-masa kekalahan ini akhirnya lewat juga, and what u know? Cewek yang saya taksir 17 tahun yang lalu, yang bahkan saya tidak berani tatap matanya 2 tahun yang lalu menjadi pacar saya, dan tahun depan kami akan menikah. 

Ga tau apa yang terjadi seandainya dulu saya sempat punya keberanian dan nembak dia? Apakah ceritanya akan sama?

Jadi, menjadi makhluk malang juga ada untungnya.


Senin, 09 Juli 2012

Jangan Jadi Miskin


Jangan jadi miskin, miskin dekat dengan kejahatan – begitulah.

Ya, bayangkan betapa rumit pergumulan hati saya sampai hari ini- apabila dalam keadaan kemiskinan sekarang, lalu ditawari pekerjaan lain dengan ongkang-ongkang kaki lalu dapat gaji kira-kira 7x lipat gaji sekarang.

Sudah sebulan pekerjaan tersebut saya coba tampik dan pending keputusan untuk menerimanya, semata-mata karena pekerjaan tersebut cukup berat dari sisi nurani saya- karena saya tahu akibat pekerjaan saya tersebut berdampak bagi hidup orang lain nantinya.

Sekitar sebulan yang lalu, saya sudah bertemu pemilik perusahaan- Komisaris Direktur dan Marketing Managernya sekaligus di sebuah cafe Starbucks, di sebuah jalan yang saya sudah lupa- namun di daerah Kuningan, sebab saya memang tidak familiar dengan Kota Jakarta.

Seperti biasa saya selalu kikuk dengan minum kopi di gerai Starbucks sebab harga 1 cup nya cukup mahal menurut ukuran saya, Rp 50.000,- seharga umumnya 5x makan pagi saya, nasi bungkus campur ayam goreng, tumis kangkung, kentang pedas dan mie goreng. Kepikiran juga saya, itu artinya saya bisa beli makan pagi buat si mami, si Bonum, si Charma, Lizbeth dan saya sendiri. Kalau salah satunya tidak ada bisa saya belikan buat si Awah-pembantu saya yang jarang saya traktir. Pasti semuanya hepi.

Pekerjaan yang ditawarkan hanyalah sebagai perantara pembelian tanah, sebagai komunikator dan pemegang kas Perusahaan, di Sintang - Kalimantan Barat. Sebuah pekerjaan tidak tertulis yang tidak pernah ada diiklankan di koran karena pemilihannya adalah berdasarkan kepercayaan semata, dan tidak akan pada struktru perusahaan. Jenis perusahaannya adalah perkebunan, walau saya tidak tahu bisnis besarnya karena biasanya perusahaan besar seperti ini mempunyai beberapa bisnis sekaligus.

Menyesal atau tidak-sampai saat ini saya belum tahu. Terbuka saja, kalau saya saat ini sedang mengalami pemotongan gaji dari Yayasan saya bernaung. Kira-kira terpotong 1 jura sebab Yayasan dalam keadaan tidak punya uang, agak bangkrut dan beginilah komitmen kami untuk tetap menjaga agar Yayasan tetap berjalan.

Jangan pikir bisa seenaknya pergi ke mall, nonton bioskop, makan mewah atau apapun lah. Bulan lalu saya sudah menggadaikan Logam Mulia yang saya tabung untuk keadaan darurat di Pegadaian- untuk kebutuhan sehari-hari, dari uang tahunan masuk sekolah, memberangkatkan mami n papi ke Bali (sudah dipesan tiketnya 1 tahun lalu so sekarang perlu dibekelin sangu), sampai hal-hal kecil seperti bayar ini bayar itu.

Sedih juga, sebenarnya pekerjaan yang sudah di depan mata tersebut tidak mengharuskan saya hidup susah. Berkecukupan banget malah.

Fasilitas yang disebut membuat saya ngiler: tiket pesawat PP yang bisa diatur, kontrakan rumah dengan AC dan Indovision, mobil 4 WD,  asuransi, bonus tahunan, dan lain-lain. Boro-boro masang Indovision di rumah, betulin pipa ledeng yang bocor saja susahnya bukan main karena keterbatasan dana.
.
Tapi nurani bicara, pembelian tanah berarti memindahkan kekuatan hidup seseorang, masyarakat kepada kita- menyedot energi hidupnya perlahan-lahan dan walaupun adalah sebuah kebebasan bagi sesorang untuk menjual tanahnya masing-masing, namun pengalaman saya beberapa bulan di bumi khatulistiwa memperlihatkan bahwa kehancuran sudah pasti pada sebuah desa yang menjual dirinya kepada perusahaan.

Banjir, hilangnya pekerjaan, terusir dari desa tidak memandang apakah tanah dijual kepada Perusahaan atau Taman Nasional. Sama saja- dua-duanya menyebabkan hilangnya nyawa sesorang secara perlahan.

Balik lagi, kemiskinan memang sucks!

Sementara yang coba berbuat benar terseok-seok dan saling menyenggol kakinya keplitek, yang kaya menjentikan jarinya dan berhektar-hektar tanah berpindah jadi kebun sawit. Beginilah dunia.