Rabu, 23 Maret 2011

Kenapa sih Gila?

Saya lagi berpikir tentang mekanisme menjadi gila. Saya mau ngobrol kasus kegilaan dari sudat pandang lain ah...

Pertama begini pendapat saya. Kegilaan adalah mekanisme alam, yang bertujuan untuk mengeliminasi individu yang mengalaminya.

Pada saat tekanan lingkungan bertambah maka payahlah orang-orang yang memiliki kompisisi gen tertentu ini, yang cepat stres - mudah marah - agresif - sedih - depresi berlebihan. Demi melestarikan spesiesnya, kumpulan orang-orang ini terpaksa didesain oleh alam untuk melakukan bunuh diri secara perlahan, caranya dengan menjadi gila -agar kesempatan bagi sesama satu spesies lebih terbuka.

Kasus bunuh diri bukan hanya dialami manusia aja loh. Semut pada musim kemarau dimana makanan tidak mencukupi akan melakukan bunuh diri masal juga. Tanpa alasan yang jelas, sekumpulan semut membentuk spiral dan berjalan terus menerus sampai mereka mati karena kelelahan. Semut yang mati dalam 'Lingkaran Kematian' akan semakin bertambah karena terus menerus berputar, sampai beberapa koloni semut beristirahat dan memisahkan diri dari lingkaran.

Fenomena yang disebut "dancing ants", "ants circle of death" atau "death mill" ini telah diidentifikasi secara ilmiah pertama kali pada 1944 oleh Theodore Schneirla, seorang psikolog hewan berkebangsaan Amerika. Salah satu referensi umum menyangkut fenomena ini dihubungkan dengan seorang naturalis Amerika, William Beebe, yang melihat dan kemudian mendeskripsikan fenomena ini di Guyana pada tahun 1921 (http://jalanan-kehidupan.blogspot.com/2010/12/ants-spiral-of-death-fenomena-semut.html). Apakah semut itu sebelumnya mengalami kegilaan, semoga sebelum saya mati saya dapat mengetahui jawabannya, agar puas.

Btw saya pikir harusnya ada alasan ya dari sisi positif, mengapa ada mekanisme gila pada tubuh manusia. Apakah misal ternyata ada keterkaitan gen - orang yang cenderung mudah gila memiliki kelebihan, seperti konsentrasi yang tinggi, atau kepandaian tertentu yang lebih baik? Kenapa and buat apa ya?

Saya menulis ini karena teringat sama mantan CEO saya di kantor yang saya duga stres dan secara jiwa kayanya jadi rada kosong. Doi pinter juga seh soalnya...

Senin, 21 Maret 2011

Dia

Antara tuhan itu ada dan dia berkuasa penuh atas segalanya, atau Tuhan itu ada dan Pengasih, namun Dia tak berkuasa penuh untuk semuanya...

Yang pertama:
Bahwa tuhan itu ada, dia berkuasa penuh atas segalanya, dan dia adalah percampuran antara kebaikan dan kejahatan sekaligus...

bahwa tuhan bertanggung jawab atas adanya kejahatan di dunia, penghancuran, penyakit, kesedihan, pembunuhan, luka, dan fitnah adalah bagian dari permainan dia, sekaligus juga bahwa ia di sisi lain memberi berkat, mencintai, menyembuhkan dan menciptakan segala sesuatu. Dia berkuasa atas segala sesuatu, dan membiarkan semuanya terjadi secara sekaligus, karena itu adalah bagian dari dirinya. Ia memang berkuasa dan terdiri dari kebaikan dan kejahatan sekaligus. Bunga yang tumbuh juga sekaligus akan dilayukan. Ia mencipta bayi yang lahir bahagia, namun sekaligus menciptakan penderitaan luar biasa. Berkat dan malapetaka sekaligus dan dunia adalah ladang permainannya.

Atau yang Kedua.
Tuhan itu ada dan Pengasih, namun Dia tak berkuasa penuh untuk semuanya...

Ia sangat mencintaimu sepenuh hati, namun Ia juga tidak berkuasa atas semuanya. Ia sedih saat ada penderitaan dan berusaha menyelamatkanmu. Ia memberikan penghiburan tapi sekaligus tidak dapat mencegah adanya kejahatan. Ia adalah cinta kasih dan menyelamatkan namun kuasa-Nya seringkali tidak mampu menjangkau hati seluruh umat manusia. Tuhan dalam hal ini nampak sebagai bagian yang lemah dan ada sisi lain yang gelap yang besarnya sama besar sebagai sisi penyeimbang.

Dengan penuh kesedihan saya menyadari, yang logis adalah yang pertama, namun memilih untuk percaya kepada yang kedua...

Pembantuku yang Malang

Pembantu saya yang malang. Begitu menurut saya.

Namanya Awah, begitu dia biasa dipanggil. Walau saya tidak kenal-kenal sekali namun sekali ini ceritanya ke si mami menarik hati saya. Saya mendengarnya saat pagi-pagi si Awah sedang mencuci baju, dan si mami sedang motong-motong sayur (kayanya). Biasa... si Mami mungkin dah denger dari orang lain mengenai berita si Awah ini dan pembicaraannya berkisar langsung ke tujuan... soalnya suami si Awah ini tidak pulang-pulang.

Suami si Awah ini umurnya 27 tahun (saya ringkas aja ya), sedang menurut saya si Awah ini (cewek loh ya, walau namanya Awah) saya taksir umurnya sekitar 35 sampai 40 tahunan (bisa juga saya salah taksir, karena memang kalau kita menanggung beban hidup yang berat kita akan cepat tua dan lelah secara penampilan).

Nah suami si Awah ini katanya sejak bertengkar dengan si Awah tidak pulang-pulang. Sebabnya karena Awah marah karena si suami yang bekerja sebagai sopir berhenti, baru kerja dua bulanan karena majikannya cerewet. Katanya seh sekarang bekerja sebagai supir angkot, dan kemarin kirim uang 30 ribu lewat temannya.

Awah bilang, sengaja cari cowok yang mukanya biasa aja. Jelek malah. Si Awah sendiri mukanya juga biasa aja (saya tidak bilang jelek karena yaah relatiflah, dan lagian ga boleh bilang orang jelek walau mukanya jelek). Ga tau kenapa dia pilih suami yang masih muda begitu, umur 27 tahun, sedang si Awah dah jelas ibu-ibu bangetlah (masa keemasan dah lewat). Pusiiiinnnnggg.... gaulnya ma anak-anak muda kata si Awah.

Si Awah sendiri dah punya anak dari suaminya yang dulu (ga tau ceritanya kenapa cerai).

Kata dia, mau yang cakep takut diambil ma perempuan lain. Yang jelek kaya begini kelakuannya.

Nah kalo dah kaya gini mau ngomong apa kita coba?Si Awah walaupun sekarang jadi pendiam saat nyuci, tapi katanya dengan kerja begini saya jadi ga mikirin soal-soal kaya gitu. Pusssiiinnnnggg !

Pertama: kalau kamu jadi si Awah apa mau cari suami cowok yang mukanya jelek dan masih muda? Eitssss....  jangan nambah-nambahin kalo kamu itu lebih pinter, lebih bijak daripada si Awah. Asumsinya kamu bener-bener si Awah yang miskin, rajin nyuci, anak 2 orang dah rada gede, ga pinter, agak bawel (kalo moodnya bae), jujur.

Kedua: kamu mau ga nambahin gajinya si Awah? Pertanyaan yang terakhir ini beneran loh...

Selasa, 01 Maret 2011

Kemana Mereka Sesudah Mati?

Kemana manusia setelah mati? Naik ke Surga, turun ke Neraka atau jalan samping ke Api Penyucian? Atau energinya bergabung dengan alam sekitar, atau sudah - begitu saja hilang?

Semua orang termasuk saya ingin tahu jawaban pertanyaan ini. Kalo aja ada sumber sahih dan logis yang bisa dipertanggungjawabkan... dan maaf walau sudah tertulis di Kitab Suci, namun kitab suci setiap agama kan berbeda-beda. Kalau di Indonesia ada 5 agama (atau 6?) : Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu (benarkah saya?) - maka di dunia juga ada lebih banyak agama dan kepercayaan dengan masing-masing kitab sucinya. Zoroaster, Sikh, Kejawen, Vodoo, Kristen Orthodox, dan lain-lain...

Jadi gimana yah? Mesti berpikir seperti apa ya? Apalagi sekarang ada alternatif pemikiran lain setelah sering-sering baca buku, nonton film: Inception (belum saya tonton karena DVD nya lagi di rumah pacar saya), Matrix, Jurasic Park, Avatar, pe Donal Bebek...

Pusing saya, tapi lumayanlah mikir daripada kerja gada tujuan dan soul. Kadang mikir yang ga penting (tapi penting menurut saya) perlu juga (masih menurut saya juga). Yang ga ada jawabannya gini karena kita mang ga terlalu pintar (sebab katanya kemampuan otak kita ini hanya diutilisasi sekitar 5-10%), memang perlu buat saya sebab jadi ada kerjaan buat mencari jawabannya (kadang-kadang) via wikipedia atau google di sela-sela pekerjaan saya.

Nah pertanyaan saya yang lain lagi: kalau manusia kan ada setannya ya - rohnya maybe, katanya berbentuk manusia juga (atau agak berbentuk manusia) - nah kalau misal kaya ayam, kelinci, kupu-kupu ada ga ya setan, atau rohnya? Berbentuk mirip ayam, atau kupu-kupu ga, dan kalaupun ada, apakah roh atau setannya ini juga suka mengganggu binatang-binatang ini?

Bisa ga itu menjelaskan kalau-kalau ada binatang ini yang stress mati mendadak atau jantungan dan mati - maybe karena digentayangin roh temannya? Lalu adakah Surga khusus kucing atau kura-kura?
.