Minggu, 10 Juni 2012

Macam-macam Peserta Training (Shanghai 3)


Berkumpul dengan berbagai macam manusia dari berbagai bangsa, mulai terasa juga benturan kepentingannya. Jangankan berteman dengan yang berbeda bangsa – yang satu bangsa saja pun di pelatihan ini, bisa saya rasakan perbedaannya yang cukup signifikan.

Contohnya Fitri, yang gadis muda – sudah master dan baru bekerja di kementrian lingkungan hidup. Terasa kalau ia baru mencoba banyak hal dan terpana dengan banyak hal (pemikiran). Pikirannya masih lurus  (saya baru pernah minum bir katanya saat sarapan pagi tadi - hehe) dan masih agak lugu, namun berbeda dengan Tonni calon PhD dari UNU yang naif –juga dari Indonesia yang terus terang cukup memandang rendah peserta India, Bangladesh dan Pakistan. Bau katanya (walau mungkin bukan itu alasan utamanya). Diucapkan terang-terangan kepada saya karena ia berpikir bahwa saya mempunyai pandangan yang sama – so saya dianggap masuk dalam kawanannya.

Vagish yang berbulu
Lalu peserta India, Vagish yang suka meminjam kamera saya tanpa basa-basi. Dibukanya kamera saya, lalu dicopynya picture-picture di dalamnya tanpa ijin. Tidak punya sopan santun menurut saya walau penampilannya rapi, berbulu, berjam tangan dan sekarang sedang mengejar Phd entah dimana. Peserta yang satu ini nampaknya menganggap bahwa dirinya lebih pintar dan terhormat daripada peserta lain, suka merendahkan walau setelah saya tes cara berpikir sistemik saat kerja kelompok- bahwa ia cukup bodoh.

Lalu Miss Yasmin dari Pakistan yang oportunis menurut saya: meminta agar daging sapi disingkirkan dari meja makan saat ia makan – karena katanya tidak halal secara Islam. Mana ada makanan halal di Shanghai ini menurut saya – aneh sekali kalau ia kemudian tetap mencomot ikan, udang-udangan dan ayam. Menurut saya kalau sajklek by text book seperti itu, mestinya ia bergabung saja dengan meja makan vegetarian. Kami dari Indonesia dan Malaysia tentu saja agak keberatan walau tidak kami ucapkan secara langsung (yah pikir-pikir toh cuma 5 hari kan seminarnya – masih bisa ditahan demi hubungan baik). Tambahannya, Yasmin yang cantik ini juga senang datang terlambat, kadang sambil merepotkan yang lain karena minta ditunggu supaya sama-sama terlambat.

Peserta Vietnam lebih banyak diam, berkelompok dan kalau bisa di sekitar seminar membolos untuk jalan-jalan siang. Kaburnya juga diam-diam mungkin terinspirasi strategi gerilya tentara Vietkong.

Di training ini saya cukup dekat dengan Oulavanth (Ulawan dibacanya) yang berasal dari Myanmar, sebab selain bahasa Inggrisnya baik juga tidak jaim. Maklum kayanya sudah dipoles di Australia bertahun-tahun. Lalu saya dekat juga dengan Banda dari Bangladesh yang mirip Mr Bean, dengan gigi ompong di depan (mungkin terlibat dalam kecelakaan kendaraan bermotor di negeranya yang semrawut). Sepertinya karena sama-sama penderitaan di negara masing-masing.

Peserta dari Nepal yang suka menari
Ada juga Makcik Asyira dari Malaysia yang walau usianya sudah 40 tahun, tapi tetap gaul dan suka saling menghina dina diri sendiri bersama saya. Kami sama-sama mempunyai selera makan yang tidak jauh berbeda – dan biasanya bersekutu di meja makan vegetarian, atau punya meja sendiri dari kelompok lain (itupun kalau tidak dirusak Yasmin). 

Kalau peserta dari Cina, terkenal karena pendiam (mungkin Inggrisnya kurang lancar), agak berkelompok dan rupa-rupa mukanya (ada yang cantik, jelek, cakep, dll – mungkin karena berasal dari geografi dan etnik yang berbeda ya?).

Disini saya temukan teori evolusi Darwin berlaku. Yang sama akan saling berkelompok. Makin sama, dan semakin tinggi tekanan lingkungan maka makin berkelompoklah dia. Ada juga yang seperti saya atau si Myanmar yang cuek-cuek saja, nempel sana-sini cuma mang tetep sama-sama kesal kalau satu kelompok mulai melanggar batas. Sama saja sebenarnya kaya hidup sebagai kawanan singa di savana Afrika yang buas. Cuma kalau disini bisa lah dianggap Kebun Binatang Shanghai. Masih ada tembok yang menjaga, membatasi dan dibeberapa bagian diberi listrik supaya sang monyet kaget kalau berbuat di luar batasnya.

Yah pikir-pikir ini memang Kebun Binatang Shanghai, so saya ga perlu membolos naik Metro ke Kebun Binatang lagi... dan kemudian jangan juga kalau satu ekor monyet nakal lalu seluruh kawanan monyet dianggap nakal. Dari 1 monyet nakal barangkali masih ada 101 ekor monyet yang lebih nakal lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar