Berkumpul dengan berbagai macam manusia dari berbagai
bangsa, mulai terasa juga benturan kepentingannya. Jangankan berteman dengan
yang berbeda bangsa – yang satu bangsa saja pun di pelatihan ini, bisa saya
rasakan perbedaannya yang cukup signifikan.
Contohnya Fitri, yang gadis muda – sudah master dan baru
bekerja di kementrian lingkungan hidup. Terasa kalau ia baru mencoba banyak hal
dan terpana dengan banyak hal (pemikiran). Pikirannya masih lurus (saya baru pernah minum bir katanya saat
sarapan pagi tadi - hehe) dan masih agak lugu, namun berbeda dengan
Tonni calon PhD dari UNU yang naif –juga dari Indonesia yang terus terang cukup memandang
rendah peserta India, Bangladesh dan Pakistan. Bau katanya (walau mungkin bukan
itu alasan utamanya). Diucapkan terang-terangan kepada saya karena ia berpikir
bahwa saya mempunyai pandangan yang sama – so saya dianggap masuk dalam
kawanannya.
Vagish yang berbulu |
Lalu peserta India, Vagish yang suka meminjam kamera saya
tanpa basa-basi. Dibukanya kamera saya, lalu dicopynya picture-picture di
dalamnya tanpa ijin. Tidak punya sopan santun menurut saya walau penampilannya
rapi, berbulu, berjam tangan dan sekarang sedang mengejar Phd entah dimana. Peserta yang satu ini nampaknya menganggap bahwa dirinya lebih pintar dan terhormat daripada peserta lain, suka merendahkan walau setelah saya tes cara berpikir sistemik saat kerja kelompok- bahwa ia cukup bodoh.
Lalu Miss Yasmin dari Pakistan yang oportunis menurut saya:
meminta agar daging sapi disingkirkan dari meja makan saat ia makan – karena katanya
tidak halal secara Islam. Mana ada makanan halal di Shanghai ini menurut saya –
aneh sekali kalau ia kemudian tetap mencomot ikan, udang-udangan dan ayam.
Menurut saya kalau sajklek by text book seperti itu, mestinya ia bergabung saja
dengan meja makan vegetarian. Kami dari Indonesia dan Malaysia tentu saja agak
keberatan walau tidak kami ucapkan secara langsung (yah pikir-pikir toh cuma 5
hari kan seminarnya – masih bisa ditahan demi hubungan baik). Tambahannya, Yasmin
yang cantik ini juga senang datang terlambat, kadang sambil merepotkan yang
lain karena minta ditunggu supaya sama-sama terlambat.
Peserta Vietnam lebih banyak diam, berkelompok dan kalau
bisa di sekitar seminar membolos untuk jalan-jalan siang. Kaburnya juga
diam-diam mungkin terinspirasi strategi gerilya tentara Vietkong.
Di training ini saya cukup dekat dengan Oulavanth (Ulawan
dibacanya) yang berasal dari Myanmar, sebab selain bahasa Inggrisnya baik juga
tidak jaim. Maklum kayanya sudah dipoles di Australia bertahun-tahun. Lalu saya
dekat juga dengan Banda dari Bangladesh yang mirip Mr Bean, dengan gigi ompong
di depan (mungkin terlibat dalam kecelakaan kendaraan bermotor di negeranya
yang semrawut). Sepertinya karena sama-sama penderitaan di negara
masing-masing.
Peserta dari Nepal yang suka menari |
Ada juga Makcik Asyira dari Malaysia yang walau usianya
sudah 40 tahun, tapi tetap gaul dan suka saling menghina dina diri sendiri
bersama saya. Kami sama-sama mempunyai selera makan yang tidak jauh berbeda –
dan biasanya bersekutu di meja makan vegetarian, atau punya meja sendiri dari
kelompok lain (itupun kalau tidak dirusak Yasmin).
Kalau peserta dari Cina, terkenal karena pendiam (mungkin
Inggrisnya kurang lancar), agak berkelompok dan rupa-rupa mukanya (ada yang
cantik, jelek, cakep, dll – mungkin karena berasal dari geografi dan etnik yang
berbeda ya?).
Disini saya temukan teori evolusi Darwin berlaku. Yang sama
akan saling berkelompok. Makin sama, dan semakin tinggi tekanan lingkungan maka
makin berkelompoklah dia. Ada juga yang seperti saya atau si Myanmar yang
cuek-cuek saja, nempel sana-sini cuma mang tetep sama-sama kesal kalau satu
kelompok mulai melanggar batas. Sama saja sebenarnya kaya hidup sebagai kawanan
singa di savana Afrika yang buas. Cuma kalau disini bisa lah dianggap Kebun
Binatang Shanghai. Masih ada tembok yang menjaga, membatasi dan dibeberapa
bagian diberi listrik supaya sang monyet kaget kalau berbuat di luar batasnya.
Yah pikir-pikir ini memang Kebun Binatang Shanghai, so saya
ga perlu membolos naik Metro ke Kebun Binatang lagi... dan kemudian jangan juga
kalau satu ekor monyet nakal lalu seluruh kawanan monyet dianggap nakal. Dari 1
monyet nakal barangkali masih ada 101 ekor monyet yang lebih nakal lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar