Rabu, 17 Juni 2015

Oleh-oleh dari Gampong



Dari perjalanan 2 minggu ini saya pulang bawa oleh-oleh istimewa. Masing-masing dari kami membawa tamu tak diundang bersama kami, sembunyi di bawah kulit kaki,paha dan tangan: bekas gigitan tumbila; dan mungkin masih ada seekor dua ekor di lipatan baju, bahkan jika yang menggigit tadi adalah kutu jenis lain; mungkin dia ada di dalam kulit kami.

Ceritanya berawal dari camp kami di sebuah gampong indah di tengah pegunungan, Gampong Turue Cut yang panas kalau siang dan dingin di waktu malam. Hampir setiap sore turun hujan di sana jadi memang asyik untuk nongkrong di dipan setelah selesai bekerja siangnya.

Di camp ini suka duka kami rasakan :D
Dipan nampak bersih, kayu-kayunya masih terang dan walaupun rumah itu adalah rumah tsunami (bekas proyek tsunami) –rumah itu termasuk bersih, tidak tampak terlalu banyak misalnya sarang laba-laba, tanah bekas sarang tawon, dan lain-lain. Nongkrong sambil mengerjakan report, mencari sinyal internet, ataupun sambil diskusi dan makan mie kami lakukan di dipan rumah panggung itu.

Entah dimulai dari mana, namun badan saya pada hari kedua sedikit gatal. Pertama saya rasa lumrah saja sebab jika digigit semut atau nyamuk saya pikir biasa... namanya juga dekat dengan kebun dan alam terbuka. Namun kemudian di hari ke empat kok mulai agak menggila ya gatalnya? Saya gosok pakai obat gosok cap Agnes Monika, lumayan panas dan gatal-gatal agak hilang.

Saya mulai menyadari ada yang salah beberapa saat sesudahnya. Saya mulai garuk-garuk, terutama sekitar paha. Saya beri minyak dari makasar, kemudian minyak cap Agnes, tapi kok tidak hilang-hilang ya? Saya sempat tanya Nia, teman saya dan lalu Bang Ribut, supir yang ikut mengantar kami.

“Gatal ga Bang?”

“Iya, saya juga gatal” dengan logat Acehnya yang kental

Saya tanya Nia, dia juga sama. Ia menambahkan kalau kakinya suka digaruk kalau gatalnya menjadi panas.

Di hari saya pulang ke Banda Aceh, saat saya memakai celana panjang saya yang baru dicuci tiba-tiba terjadi gatal-gatal parah di sekitar paha, kaki dan sedikit di tangan dan leher saya.
Gigitan kutu... gatallllll

Paraaaahh... bentol-bentol merah besar semua dan melembung. Besarnya sampai sebesar logam seratusan, dengan titik bermata putih gigitan di tengahnya.Saya sampai menggunakan sarung, sebab jika tergesek pakaian gatalnya semakin sengit. Jangan-jangan celana panjang saya ini juga sudah terimigrasi oleh kutu busuk ya?

Tuduhan saya adalah untuk penyebab gatal ini adalah si tumbila atau kutu busuk sebab jenis gigitannya yang berbeda. Memang di kamar saya juga sering banyak semut hitam, tapi gigitan semut hitam tidak selama dan segatal ini.

Akhirnya sambil menahan derita, saya sampai di Bogor, dan saya langsung pergi ke apotik dan beli salep 88 plus chloramfecot buat mengobati gatal ini. Sudah agak berkurang sih, walau masih suka kambuh.

Kenapa saya cepat menangani gatal kulit ini? Sebab pernah menurut kakak saya yang dokter, suatu waktu kami terserang kutu. Jika digaruk, bekasnya berair dan menyebar ke bagian kulit yang lain yang juga tergaruk. Menurutnya, air ini mengandung telur kutu baru... itu sebabnya gatalnya menyebar dan tidak hilang-hilang.

Hiiiiiii... kutu. Cuci bersih semua pakaian di koper.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar