Melaka... di kota ini ada beberapa nama orang yang terkenal, dan kadang dipakai sebagai nama jalan.
Dulu saya senang membaca buku cerita 3 warna, yang seukuran
A5. Dari sekian banyak yang saya baca, ada 1 buku yang berkaitan dengan Melaka.
Hang Tuah adalah salah satu judul bukunya, yang juga menjadi nama seorang pahlawan Melayu. Dikisahkan Hang
Tuah bersama 4 kawannya: Hang Jebat, Hang Lekiu, Hang Lekir, dan Hang Kesturi
bertualang melawan perompak dan menunaikan perintah Sultan.
Di Indonesia, Hang Tuah juga merupakan salah seorang pahlawan, dan namanya dipakai jadi nama kapal kalau ga salah. Selain Hang Tuah ada beberapa nama lagi yang mungkin dikenal di Malaysia dan Indonesia...
Kita perlu menilik sampai beberapa ratus tahun yang lalu saat tidak ada negara Indonesia dan tidak ada negara Malaysia untuk mengenal sejarah mereka...
Di Indonesia, Hang Tuah juga merupakan salah seorang pahlawan, dan namanya dipakai jadi nama kapal kalau ga salah. Selain Hang Tuah ada beberapa nama lagi yang mungkin dikenal di Malaysia dan Indonesia...
Kita perlu menilik sampai beberapa ratus tahun yang lalu saat tidak ada negara Indonesia dan tidak ada negara Malaysia untuk mengenal sejarah mereka...
Sejak mau pergi ke Melaka belajarlah saya lagi
sejarah-sejarahnya, minimal dari wikipedia dan tripadvisor. Lalu saya temukan
kalau di tahun 1400an, pelarian dari Kerajaan Sriwijaya, Palembang (berlokasi di Sumatera) bernama
Parameswara lah yang menemukan Melaka. Lari dari serangan kerajaan-kerajaan
yang barangkali dulu bertekuk lutut di hadapannya, ia menghindar dari
kehancuran terutama dari serangan Majapahit yang juga sudah mau pudar pamornya.
Dulu agak sulit dibedakan ya pastinya yang disebut sebagai
bagian Indonesia. Lah Indonesia nya belum ada. Yang ada hanyalah
wilayah-wilayah kekuasaan dengan garis imajiner yang bisa membesar, mengecil
atau musnah berdasarkan waktu. Ga ngerti juga menganggap Melaka ini sebagai
apa... kita kayanya harus memandang dia sebagai kerajaan yang berdiri sendiri ya,
bukan bagian Malaysia, bukan bagian Indonesia.
Arah ke Makam Hang Jebat, Kuil Cheng Ho, dll di Melaka |
Rupanya Hang Tuah dkk ini membuat bangga juga orang-orang,
masyarakat yang tinggal di pesisir timur Sumatera. Namanya pasti harum karena
dianggap berjasa melawan para perompak yang memang banyak banget di jaman itu.
Ia seorang laksamana yang katanya jago silat dan dengan loyalitas yang sangat
tinggi pada pimpinannya, seorang Sultan. Loyalitasnya ini berlawanan dengan
Hang Jebat yang berprinsip sultan yang baik dilayani, sultan yang tidak baik
dilawan, sehingga akhirnya Hang Tuah membunuh sahabatnya sendiri Hang Jebat,
yang justru awalnya memberontak karena membela Hang Tuah.
Ceritanya adalah Hang Tuah dituduh Sultannya punya hubungan
dengan salah seorang dayang, lalu Sultan memvonis mati Hang Tuah tanpa
pengadilan. Hang Jebat yang marah lalu memberontak, sampai akhirnya Bendahara
istana, yang menyembunyikan Hang Tuah dari vonis mati memberitahukan Sultan
bahwa Hang Tuah belum mati. Hang Tuah diampuni Sultan agar bisa melawan Hang
Jebat. Hang Tuah lalu bertempur dengan Hang Jebat atas perintah
sultan. Hang Jebat dapat dikalahkan dan mati di tangan sahabatnya sendiri.
Buat makin kacau ceritanya, anak Hang Jebat yang divonis
mati juga oleh Sultan diselamatkan oleh Hang Tuah dan dibesarkan di Singapura.
Ancur banget ceritanya, maap. Kaya bagian dari film Game of
Throne. Ga tau deh mo ngomong apa tentang Hang Tuah ini, apakah pahlawan, atau
orang yang ga punya pikiran sendiri. Tapi walau saya setiap kali mikir cerita
ini jadi pusing, tetap Hang Tuah nama besarnya hidup di Sumatera, Kalimantan
Utara dan Semenanjung Malaya. Hang Jebat juga tetap dihormati namanya, sama
seperti Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.
Balik lagi. Rupanya
memang beberapa nama bisa dikenal, dihormati dengan lintas negara, lintas
pulau, sementara nama lain tidak.
Di Melaka ini, nama yang lain yang dikenal orang kali ini
mungkin lebih besar lagi ya adalah Laksamana Cheng Ho. Rasanya malah lebih dikenal
daripada Kaisar Xuan De sendiri di Cina, kalau bagi masyarakat di Vietnam, Indonesia,
Malaysia, Arab, Afrika Timur dan mungkin India, Srilanka.
Laksamana Cheng Ho ini diutus beberapa kali oleh Kaisar
Dinasti Ming untuk menunjukkan kebesaran Kekaisaran Cina. Sekitar tahun 1405 an,
Cheng Ho meluncur menggunakan kapal-kapal yang sangat besar, terdiri dari
kapal-kapal induk, kapal perbekalan, kapal perang, kapal untuk membawa hadiah
dan lain-lain dengan 27 ribu orang. Tugas Cheng Ho adalah melihat, apakah ada
kerajaan lain yang lebih besar dari Cina. Setelah 7 ekspedisi selama 28 tahun,
ia melapor... tidak ada yang lebih besar dari Cina.
Well, maybe kalo ada yang lebih besar kasian ya nasibnya,
mungkin waktu itu akan memancing Cina melakukan penyerangan.
Salah satu yang sial adalah Chen Zuyi, bajak laut yang
mangkal di sekitar Palembang. Cheng Ho menumpas sarang bajak laut tersebut.
5000 orang bajak laut dan kalo ga salah lebih dari 10 kapal bajak laut
tenggelam . Ya iyalah, si Cheng Ho bawa
armada segambreng yang saya jadi bingung juga ya gimana kalo orang segambreng
ini berlabuh... gimana nyiapin makannya? Berarti doi manajemennya lebih bagus
dari resto D’Cost ya (rasa bintang lima harga kaki lima)?
Di Melaka, Cheng Ho sangat dikenal dan dibuat museumnya.
Saya ga masuk karena telat udah kesorean tapi karena udah belajar sejarah ya ok
lah, ga usah masuk gapapa. Melaka merupakan persinggahan yang berkali-kali
dilalui Cheng Ho.
Siapa lagi yang terkenal di sana? Mungkin kamu pernah juga
baca di buku pelajaran SMP Alfonso D’ Albuquerque ya...? Doi penjelajah Portugis
dan penakluk Goa, India. Setelah menaklukan Goa ia berlayar ke Melaka, atas
perintah Raja Portugis dan dengan sedikit orang ia menaklukan Melaka (1511)
yang walau katanya dipertahankan oleh 20 ribu orang, tapi tidak efektif dalam
persenjataan dan tentara.
Dalam peperangan ini Portugis hanya kehilangan 28 orang dari katanya 400 an orang yang menyerang, dan harta Kesultanan Melaka dijarah. Beberapa komunitas yang mendukung kependudukan Portugis karena adanya perjanjian sebelum serangan diselamatkan. Karena negosiasinya yang berhasil dengan Kerajaan Siam, orang-orang Jawa sebagai pensuplai beras dan masyarakat India yang tinggal di Melaka, kota ini berhasil dipertahankan oleh Portugis sampai dikuasai oleh Belanda tahun 1641.
Dalam peperangan ini Portugis hanya kehilangan 28 orang dari katanya 400 an orang yang menyerang, dan harta Kesultanan Melaka dijarah. Beberapa komunitas yang mendukung kependudukan Portugis karena adanya perjanjian sebelum serangan diselamatkan. Karena negosiasinya yang berhasil dengan Kerajaan Siam, orang-orang Jawa sebagai pensuplai beras dan masyarakat India yang tinggal di Melaka, kota ini berhasil dipertahankan oleh Portugis sampai dikuasai oleh Belanda tahun 1641.
Benteng A Famosa, awalnya dibangun oleh Portugis |
Gimana nasib Sultan Mahmud Shah yang dikalahkan? Doi mundur ke hutan beberapa
lamanya sampai akhirnya terdesak lalu pindah ke Bintan. Kemudian ia akhirnya
dikalahkan di Pulau Bintan. Anaknya, dan menantunya (Sultan Pahang salah satunya kalau ga
salah) memilih bersikap pragmatis dan lalu membuka hubungan dengan Portugis.
Kalo kamu sempat nongkrong di Melaka, kunjungilah A Famosa
sebuah sisa benteng dari Portugis, Belanda dan Inggris.
Franciscus Xaverius, penyebar agama Katolik juga sempat di
Malaka beberapa bulan pada tahun yang berlainan 1545, 1546 dan 1549. Saya
sempat lihat makamnya di Gereja St Paul, Melaka yang penuh dengan uang logam
yang dilemparkan pengunjung. Sebuah kerangkeng dipasang untuk mencegah
anak-anak menkait uang receh tersebut. Tubuhnya lalu dipindah ke Goa, India. Uniknya,
tubuhnya ini tidak membusuk setelah mati, namun kata tour guide... kalau
sekarang sudah tidak dipamerkan lagi kepada umum karena tubuhnya mulai menciut.
Bekas kubur Franciscus Xaverius, penyebar agama Katolik di Asia Tenggara dan India |
Hmmm... banyak juga ya yang bisa diceritakan tentang hikayat
Melaka. Mandi dulu ah... sambung lagi nanti kalau lagi ada waktu.
Stadhuys, pusat pemerintahan Belanda setelah Portugis kalah |
Sumber: wikipedia, tripadvisor, ingetan masa lalu dari buku cerita 3 warna dan penjelasan tour guide di Melaka
Cerita lain: