Untuk bagian ini saya akan menceritakan tentang obyek2 wisata di sekitar Kathmandu. Utk cek fee masuk lebih jelas silahkan klik link ini fee masuk obyek wisata buat memperkirakan akan perlu duit berapa buat tiketnya.. Untuk full story sejarahnya silahkan google ke wikipedia ya, menarik buat tahu latar belakang sejarah suatu lokasi sebelum berkunjung.
Oh ya, ada perbedaan tiket antara negara non SAARC - negara SAARC - dan penduduk lokal Nepal. Untuk yg belum mudeng negara SAARC (Asosiasi Kerjasama Regional Negara Asia Selatan) itu mana aja... Mereka adalah Nepal, Pakistan, India, Bangladesh, Bhutan, Sri Lanka, Maladewa. Kalo dimaksud tiket negara SAARC ya berarti negara2 tersebut, diluar Nepal (biasanya free ticket masuk buat lokal). Baiklah kita lihat satu2 obyek wisata heritage di sekitar Kathmandu ya.
Durbar Square Kathmandu
Obyek ini yang letaknya ada di Kathmandu mesti dibedakan dengan obyek bernama sama di Bhaktapur. Durbar ini benernya adalah royal palace, sebuah komplek yang di dalamnya ada banyak bangunan dengan arsitektur berbeda-beda (mungkin karena dibangun pada masa yang berbeda2 dengan arstiketur berbeda juga). Gempa bumi tahun 2015 meruntuhkan beberapa bangunan dan sisanya nampak disanggah dengan kayu. Kalau kamu menginap di sekitar Thamel, cuma butuh waktu sekitar 20-30 menit berjalan kaki masuk ke obyek ini. Tiket masuk bagi turis asing di luar negara SAARC (Pakistan, Bangladesh, India, dll) cukup mahal yaitu 1000 rupee (sekitar Rp 132.000). Saya masuk ke lokasi ini 2x. Yang pertama pagi, dan berhenti dekat pos tiket (karena ragu2 jadi diminta tiket dan urung masuk karena mahal). Yang kedua, juga pagi dan saya berjalan tanpa tas backpack dan langsung masuk seperti orang lokal yang memang free masuk. Lokasi ini ramai, bahkan di pagi hari sekitar jam 6 orang sudah lalu lalang karena memang dekat pasar. Ada beberapa hal yang menarik secara sejarah ya, seperti kuil (rumah) living god (Raj Kumari, dipercaya inkarnasi Dewi Durga), Narayan temple yang patungnya dulu dicuri, Taleju temple (tertua), dll. Kalo saya senang melihat burung merpati yang jinak2. Cuma mikir masalah kebersihannya juga ya sebab mereka ee masal juga di situ.
Durbar Square di waktu pagi (jam 7 pagi) |
Sebagian bangunan menjadi rapuh dan disangga karena kena gempa bumi tahun 2015 |
Bunga menjadi salah satu penghias dalam upacara2 agama |
Nenek yang membantu berdoa pada Ganesha |
Pasuphatinath Temple
Berada di tepi sungai Bagmati dan masih dekat pusat kota Kathmandu, kuil ini menjadi tempat suci bagi masyarakat Hindu. Berada di luasan 200an hektar lebih, di dalamnya banyak komplek2 asrama, kuil, pendeta, masyarakat yang berdoa, bangunan lingga, jembatan, dan lain2. Waktu saya pergi ke sana, ada beberapa keluarga yang sedang berkabung, dan dalam prosesi pembakaran jenazah di pinggir sungai. Menurut kepercayaan, sebelum dibakar jenazah perlu dicelupkan 3x ke sungai Bagmati agar tidak mengalami reinkarnasi kembali. Begitu pula anak tertua perlu mandi / diciprat air sungai sebelum prosesi dilakukan. Tempat ini unik banget dan perlu dikunjungi karena kekomplekan struktur di dalamnya. Fee masuk, non SAARC 1000 rupee (RP 132 rb) - mahaallll. Yang ini saya nge-geng sama temen2 India, Bangladesh dll en masuk free karena ngikut penampakan teman2 yang wajahnya Nepalese. Sempet ditegur pas sendiri and photo2... tapi saya bilang... ngikut rombongan depan tuh (telunjuk nunjuk kuil di jauh, orangnya entah dimana). Lolos. Oh ya, bagian tertentu dari kompleks hanya bisa dimasuki yang beragama Hindu.
Dalam prosesi duka, pembakaran jenazah |
Swayambunath Temple
Swayambunath adalah obyek religi tertua di Nepal, katanya sih dibangun sekitar awal abad ke 5. Sebuah batu ditemukan, tertuliskan bahwa Raja Vrsadeva menyelesaikannya tahun 640 Masehi. Di dalamnya ada sebuah stupa bergambarkan mata dan hidung Budha (yang pasti kalau kamu ke Nepal akan banyak menjumpai suvenir bergambarkan ini). Komplek ini sakral bagi yang beragama Budha dan juga Hindu, dan terutama bagi yang beragama Budha aliran Tibet. Disebut juga monkey temple karena di dalamnya ada monyet2 yang berkeliaran, di atap toko, atau dekat tempat sembahyang. Tiket masuk asing non SAARC 200 rupee (sekitar Rp 26 rb, cingcai lah). Saya masuk sama teman geng SAARC dan bayar 50 rupee aja. Oh ya, agak jauh barat dari kota, kalo jalan cape nanjak bukit mending pake mobil.
Patung Hanuman |
Boudhanath Stupa
Stupa yang ini image Budha nya lebih besar dibanding Swayambunath. Terletak 11 km di timur laut pusat kota. Pendirian stupa ini ada beberapa versi, namun sepertinya sudah berdiri sejak 400-600 Masehi. Pemugaran dan pembangunan terjadi berkali-kali. Terdapat relik2 keagamaan berharga yang diletakkan di bagian atas stupa (info wikipedia). Saat mengelilingi stupa berbentuk setengah bola ini, saya menjumpai banyak peziarah berpakaian Tibet. Menurut informasi, lokasi ini juga dikelilingi oleh lebih dari 50 gompa (biara Tibet) di sekitar Boudhanath. Tiket masuk turis non SAARC 400 rupee (Rp 52 rb), SAARC 100 rupee (Rp 13 rb).
Durbar Square Bhaktapur
Terletak agak jauh di luar Kathmandu (13 km) dan lokasi ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari banyak bangunan dan lapangan2. Tiket masuk paling mahal (1500 rupe, Rp 200 ribuan). Saya masuk lokasi ini juga gabung dengan geng SAARC jadi bayar 500 rupee aja (Rp 85 rb). Agak komplen dalam hati sebab kuil2 di dalamnya banyak dalam tahapan renovasi akibat gempa bumi 2015. Banyak masih disangga tonggak2 kayu dan kok merasa kalo biaya renov yang mahal dibebankan ke turis asing ya (buat dari negara2 ASEAN rasanya terasa berat). Di sini banyak kuil2, candi2 yang menarik serta golden gate, gerbang berukiran yang katanya merupakan yang terindah dari jenisnya. Di lokasi ini saya demen ngeliatin anak2 sekolah ngumpul, baris dan main (emang saya kadang suka tertarik ma yang laen sih). Ada lokasi yang cuma bisa dimasuki yang beragama Hindu saja dan untuk masuk museum di dalamnya perlu bayar lagi 150 rupee (Rp 20 rb, non SAARC.).
Well, itulah 5 obyek yang saya kunjungi selama keliling 1 hari dengan teman2 geng yang banyakan dari negara SAARC (kecuali saya, dan 2 orang teman Kamboja). Untuk di Kathmandu, kunjungan ke obyek2 peninggalan sejarah (semuanya masuk UNESCO World Heritage) cukup menguras duit. Kebanyakan saya dilindungi sama teman2 se-geng dan diaku sebagai warga India dari daerah Assam (India timur laut) yang penduduknya Sino Tibetan. Kalo temen2 pede sih berlaku seperti warga lokal ya kalo berani nyelonong aja (anjuran/usulan yang silahkan dipertanggungjawabkan sendiri, dipertimbangkan antara konsistensi, ekonomi, moral dan adrenalinnya).
Makasih ya udah baca... :)