Yeay... makanan ter-aneh apa yang pernah kamu makan selama melakukan
perjalanan?
Nah pertama kita lihat dulu kalau ternyata istilah aneh itu
sendiri relatif. Buat satu kelompok masyarakat, makanan yang kita bilang aneh
bin jijai itu biasa2 aja bagi mereka. Contohnya bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia, durian itu enak banget. Bagi sebagian besar orang bule cium bau
durian aja mereka bisa muntah-muntah, seperti bau bangkai kata mereka. Lalu
yang lain lagi adalah terasi. Buat saya makan sambel terasi tambah sayur asem
nikmat banget... (ces, sambil ngacai nulisnya) ; buat lagi-lagi orang bule,
terasi itu stinky banget kaya ikan busuk (lah, emang iya udang busuk
(difermentasi) terasi itu).
Nah di bawah ini adalah beberapa makanan aneh yang pernah
saya coba. Tapi rasanya ga semuanya bisa dikategorikan aneh deh... (seperti
kata saya sebelumnya, umum dan aneh itu relatif bro). Makanan aneh yang saya
catatkan di bawah ini adalah diluar makan binatang piaraan (pet) lho. Saya anti
makan pet sebab terikat secara emosi dengan mereka.
Kawasan Khao San di Bangkok, salah satu lokasi wisata kuliner jalanan |
Belalang besar itu biasanya dipatahkan kepalanya, dibakar,
lalu dibuang kaki loncatnya. Rasa belalang krenyes-krenyes gurih, dan biasanya
dikasih garam sedikit.
Jangkrik, tonggeret, belalang crispy |
Jangkrik crispy rasanya mirip aja sama belalang. Waktu itu saya,
Sita dan Nana, teman saya lagi backpackingan di Kota Phuket (Thailand) dan belinya
di gerobak dorong kaki lima di jalanan. Kami beli juga ulet gendut dan ulet
yang panjang, dicampur biar bisa cobain semuanya. Not bad lah rasanya... makannya
aja rasaan aneh. Tapi karena bumbunya kayanya kebanyakan, rasa jangkrik dan
ulatnya kok jadi ketutupan ya?
Cemilan ulet panjang atau ulet gendut |
Yang rada ngeri liat and makannya di awal adalah sejenis
laba-laba besar dan kalanjengking besar. Saya sudah melihatnya dalam 3x perjalanan
dan pada perjalanan ke empat saya baru berani mencobanya. Saya melihatnya
dijual di Thailand, di Khao San Road (kawasan penginapan turis), dan akhirnya
baru 7 tahun kemudian berani coba saat berjalan-jalan di Night Market di Siem
Reap (Kamboja). Itupun karena kadung ucap juga sama temen cewek dari Thai, malu
jilat ludah.
“Kamu dah liat mereka jual kalanjengking dan tarantula di
pasar malem?” Tanya saya dalam Bahasa Inggris.
“Iya, saya kemarin sudah coba satu.” Kata Dada, si cewek
Thai. “Kamu juga coba?”
“Belum, tapi saya ingin coba.” Kata saya ke dia.
“Ok, let’s try it together tomorrow when we go again to
night market.” Ajak Dada ke saya.
Kadung ucap dah saya. Jadi pas beberapa hari kemudian saya
berkesempatan jalan-jalan malam dan ketemu gerobak tukang jual dagangan aneh
tadi, belilah saya hewan-hewan yang dalam keadaan tergoreng itu. Tarantula dan
kalajengking warnanya hitam. Masih ada bulu-bulu halus di badan kedua binantang
itu. Ular berwarna kuning kecoklatan, ditusuk seperti sate dan digoreng juga.
Saya pilih kalajengking dan tarantula. Ular nanti deh kesempatan lain, dan
karena pernah ga sengaja makan ular phyton yang digoreng (rasanya seperti
daging ayam, mirip seperti daging biawak). Kodok, aduh maap... walau kalau
disayur paha kodok itu enak, tapi kalau digoreng utuh begini belum ada nyali
saya.
Bagaimana rasanya? Well sambil digigit dengan mengerenyit,
bagian abdomen tarantula seperti hati ayam goreng menurut saya. Kakinya, crispy
gak ada dagingnya. Lalu kalau kalajengking, wah yang ini yang lebih horor sih
waktu awal gigitnya. Saya makan dari bagian buntutnya dulu. Yang jelas,
kepingan eksoskeleton nya yang terbuat dari kitin gak bisa dimakan. Seperti
makan kulit udang tapi lebih tebal. Isinya, mirip seperti serat daging tipis –
masih mirip daging tarantula hanya tipis. Bagian abdomen lebih ada dagingan
tapi tetep tu kitin bikin kita kaya makan sisik.
Beberapa hari kemudian, penganan ini saya beli lagi, saya
masukkan tromel buat oleh-oleh kawan-kawan saya di Indonesia – siapa tau mereka
pengen icip2. 1 USD, boleh ambil 3 binatang kalo di beli di night market Siem
Reap.
Yang rada ga enak, kalau menurut saya adalah kumbang air.
Makannya repot euy. Pertama harus dicopotin kedua sayapnya yang keras. Lalu
buntutnya, yang lancip n tajam. Dimakannya juga bagian badannya dapet dagingnya
mani dikit pisan. Cape mretelin: energi usaha lebih besar dibanding energi yang
didapet dari makannya. Yang ini belinya di pasar rakyat di Siem Reap. Ini
ibarat makan kuaci dunia binatang, dengan kemungkinan jari tertusuk duri di buntut
kumbang.
Oseng kumbang air,cabe dan daun jeruk |
Kembali lagi ke kebiasaan makan yang berbeda-beda di setiap
komunitas, kita ga bisa bilang kalau makan ini jijay, makan itu beradab, makan
ini ga elit, makan itu jorok. Sebab, di balik semua makanan itu ada budaya dan
cerita yang menarik buat saya.
Fried froggy |
Tikus, ular, kodok, belalang adalah makanan rakyat dan
populer di saat suatu masyarakat kesulitan bahan makanan yang lebih “berkualitas”
seperti ayam, beras, ubi dan lain-lain. Cina, Vietnam, Kamboja, Burma adalah
negara yang pernah menderita akibat penjajahan, perang saudara yang
menghancurkan ekonomi, lumbung pangan dan bahkan manusianya sendiri. Mereka
perlu bertahan hidup dengan apa yang ada, sehingga apapun yang dapat dimakan
makan akan diolah jadi makanan, dan itu akhirnya menjadi bagian dari tradisi
setempat dan bernilai ekonomi.
Bang, bang... satenya 100 tusuk dong bang... (Suzana, 1981) |
Yang aneh buat yang satu barangkali biasa aja buat yang lain
ya? Walau kadang tetep ada pergolakan batin waktu menyantap suatu makanan.
Nah kalau kamu pikir dah sanggup dan kapan2 akan menyantap
binatang2 aneh ini, coba deh menyantap balot – telur dengan isi anak ayam yang
setengah jadi, khas Filipina. Yang ini saya belum berani sampai sekarang,
padahal kalau dipikir ya sama aj toh, walau bentuknya ga biasa tapi termasuk
golongan makanan juga...
Wish list makanan yang ga mungkin dimakan: kucing, anjing,
monyet
Wish list makanan yang mikir2 banget buat dimakan: bulus
(kura2), balot
Wish list yang mungkin dimakan: ular disate, babi hutan,
bulu babi, kancil, kecoak
Lainnya aman lah...