Jangan dibayangkan kalau Kampung
Nelayan Belawan ini yang katanya termasuk wilayah Medan berada di Kota Medan
yang padat. Sama-sama padat, tapi di sini warga tinggal di antara 540 KK di kampung
yang “mengapung” di atas laut. Sebagian
besar rumah menggunakan fondasi kayu atau semen agar tidak terendam air saat
pasang naik. Rumah di sini sangat padat, bedanya jika kita melihat ke bawah
bukan tanah atau lapisan semen yang ada melainkan genangan air laut atau
sampah.
Ya sampah... Walau sudah banyak
berkurang tapi sampah masih menjadi problem di sini.
Kambing di antara sampah di lantai kampung |
Bukan hanya menanggulangi sampah
di kolong rumah yang memang juga tidak ada habis-habinya (sebab dibawa oleh
arus laut juga dari daratan Belawan), mereka juga bekerjasama membuat banyak
kegiatan untuk menyalurkan tenaga dan minat para pemuda/i di kampung. Dari
mengajar anak PAUD, menjadi guru sekolah muda (Nurul AS, anggota Pekan adalah guru
di SD), latihan dan pentas drama dan tarian (daerah serta yang sudah
dimodifikasi), memperbaiki titian kayu di jalan yang keropos dengan iuran
sendiri, sampai beternak ikan di tambak dengan sistem bagi hasil. Siapa bilang
darah muda di sini sukanya cuma hura-hura?
Tapi kalau ditanyakannya dulu,
benar dulu di sini para pemuda sukanya cuma hura-hura. Kampung Nelayan di tahun
2000an menurut Nova, pendamping dari LSM P3MN dikenal sebagai zona merah.
Selain narkoba, daerah ini juga dikenal sebagai sarang bajak laut yang suka
merompak kapal yang berada di sekitar Selat Malaka.
Yang saya bilang merupakan
keberhasilan besar bagi kelompok adalah kemudian terlepasnya banyak orang dari
jaringan narkoba berkat kegiatan mereka. Sewaktu saya membaca
postingan-postingan Jailani di Facebook, sebelum saya datang ke kampung ini
tidak terpikir oleh saya untuk merasa antusias pada isu narkoba. Terus terang
saja isu narkoba bukan menjadi pilihan isu pendampingan saya, yang lebih
mengutamakan isu keadilan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Bagi saya yang tidak pernah
ketagihan narkoba, saya tidak tahu bagaimana rasanya sakau. Tidak tahu juga
mengalami pertentangan dalam hati jika sampai mencuri uang atau perhiasan orang
tua karena meriang narkoba. Satu-satunya kasus saya dengan narkoba adalah
karena tidak sengaja membeli segenggam rokok tradisional dari negara yang belum
bebas narkoba dimana sudah menjadi kebiasaan untuk menyelipkan daun ganja pada
rokok tersebut.
Kembali lagi ke Kampung Nelayan, di
suatu malam kami berdiskusi dengan para pemuda/i, baik yang sudah lepas dari
narkoba bahkan rokok, sampai yang dalam tahapan penyembuhan diri (dengan cara
mengurangi ketergantungan, mengurangi secara bertahap) kami sebagai tamu
bertanya: bagaimana caranya melepaskan diri dari narkoba tersebut? (sebab
setahu kami cukup sulit).
Caranya adalah dengan banyak
berkegiatan bersama pemuda lain.
“Semudah itukah?” tanya saya
lagi.
Tidak ada jawaban pasti yang
diberikan oleh para pemuda tadi (PBT, Pemuda Berani Tantangan). Namun dari raut
wajah mereka yang antusias dalam berkelompok, saya tahu bahwa dengan banyaknya
kegiatan, banyaknya tanggung jawab yang mulai diserahkan kepada mereka timbulah
rasa percaya diri dan kebersamaan, yang pada akhirnya mengeliminasi perasaan
bosan, tidak keren, tidak melakukan apa-apa yang berujung pada pelarian kepada
narkoba.
Bincang-bincang malam antara kelompok SMN, Pekan dan PBT |
Masih penasaran, seorang kawan
dari kelompok SMN (Suara Muda Nusantara) yang sedang bertamu di sana
melanjutkan, “Kawan-kawan hebat lho sebab keluar dari masalah narkoba itu
sulit. Kami di Medan punya kawan-kawan yang terlibat pada narkoba. Namun di
sini karena bersatu, sepertinya lebih mudah keluar dari narkoba yaa...”
Mereka nampak senang dan
tersipu-sipu. Kami berpikir kelompok anak muda ini sangat perlu
didukung,
apalagi kelompok ini belum lama terbentuk. Tak heran, tanpa dikomandoi
bertubi-tubi tepuk tangan tanda dukungan dari kelompok SMN berkali-kali
terdengar.
Inilah perang melawan narkoba
menurut kelompok-kelompok pemuda di Kampung Nelayan:
- Membentuk kelompok PBT (Pemuda Berani Tantangan). Adanya pembagian tugas untuk anggota dengan demikian semua anggota memiliki peran dan tanggung jawab.
- Program perbaikan titian (jalan dengan kayu penghubung) antar rumah. Sehubung panjangnya jalan dan kualitas kayu yang bisa dipakai titian jalan mudah rusak dan bisa menyebabkan kecelakaan pada warga. Para pemuda menjadi punya tugas rutin untuk perbaikan titian.
- Melatih nyanyian dan band agar bisa pentas saat ada hajatan warga/ panggilan lain.
- Masih tentang hajatan, kelompok ini berkomitmen berjibaku secara gratis apabila ada warga menggelar hajatan. Bisa sebagai tenaga kebersihan, pembawa barang-barang, dekor dan lain-lain.
Sukses selalu buat
kelompok-kelompok pemuda/i di Kampung Nelayan. Semoga bisa menjadi contoh buat
kawan-kawan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar