Senin, 27 Februari 2012

Si Biru yang Jatuh ke Sungai

Huhuhu... saya sedih neh...

Tadinya saya ingin menulis dengan membanggakan diri mengenai sesuatu - petualangan saya di Kapuas Hulu, naik jukung dan speedboat bermotor di Sungai Kapuas dan hutan-hutannya.

Tapi ada yang lebih penting dan sedih, dan menghilangkan keinginan saya menulis yang kelihatan besar-besar dan keren, sebab kamera saya si biru yang sering menemani saya jalan-jalan jatuh ke sungai saat saya renang di Sungai Kapuas.

Catatan bagi pemirsa, kamera si Biru saya adalah kamera poket "Fujifilm" dengan model yang saya lupa karena ga penting (saya ga peduli merk dan model), cuma jepretannya lumayan bisa diandalkan walau hasilnya sering agak kurang cahaya - cuma  memberikan efek teduh, dan karena sering saya pakai maka kelemahan dan kelebihannya saya sudah kenali dengan baik.

Si biru jatuh karena kesalahan saya, menaruhnya di tepi bagan. Saat saya akan naik karena selesai renang, dan sudah memperoleh foto dengan pengatur self timer saya mencoba naik bagan, dan siapa sangka papan rangka ternyata tidak dipaku kokoh dan bergoyang terbalik saat saya naik. Alhasil jatuhlah si biru teman saya, dan saya tidak berani menyelam mengambil karena menurut perkataan si ibu pencuci baju bahwa dalamnya sungai di bagian itu 6 meter (sebab bisa jadi saya beraniin nyelem, lalu terbawa arus sungai dan kolaps kecapean - jadilah saya makanan ikan).

Saya adalah orang yang cukup pasrah menerima kejadian, biasanya saya menganggap setiap kejadian buruk adalah seperti membuang sial. Saya beranggapan apabila peristiwa itu tidak terjadi maka sesuatu yang lebih buruk akan menimpa saya. Kehilangan kamera saya anggap membuang sebagian kesialan saya sehingga, misalnya saya tidak hanyut di sungai. Intinya setiap kejadian buruk saya anggap mengurangi "kantung sial" saya sehingga tidak meledak karena kepenuhan.

Secara logika seh, orang yang dah hilang kamera tentunya lebih awas, jadi bolehlah teori saya ini dibenarkan.

Tapi lalu kenapa untuk yang satu ini saya tetap merasa agak tidak senang ya? Mungkin karena saya bokek, tidak bersama Lizbeth (pacar saya yang lucu dan menggemaskan), dalam keadaan mencari pekerjaan baru, dah lama ga jalan-jalan senang dan menghabiskan tabungan, atau perasaan asing saya di lingkungan baru ini ya?

Mungkin saya perlu waktu untuk memahami diri saya sendiri ya? Cuma terus terang saya agak kesal karena saya sendiri orangnya kadang suka mengulangi kesalahan yang agak mirip. Jadi saya agak benci sebenarnya dengan kode genetik saya yang pada masalah ini kok kode asam basanya sering nyuruh "cepat tenang dan cepat lupa" ya - walau di sisi lain mungkin orang seperti saya ini (yang cepat tenang, cuek dan lupa) agak cocok karena selalu tenang, bahagia, cuek dan enjoy kalau dikirim ke hutan belantara sekalipun.

Nah loh, ga jelas... tadinya cuma mau curhat ketidakenakan perasaan saya gara-gara si biru hilang. Malah jadi pake teori-teori segala. Out dulu ah saya - ga jelas neh!

Remembering The Blues:
Salah satu hasil jepretan si Biru almarhum, di Grand Palace - Bangkok
Momen kebahagiaan bersama si Biru, di kebun
Si Biru, yang merekam perjalanan kami dimana-mana
Atkinson Clock Tower, Kinabalu by si Biru
Saat-saat terakhir bersama si Biru. Goodbye friend! Thank you for all...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar