Sebelumnya saya meragukan hal itu. Walau tidak tepat-tepat dengan definisi saya tapi tipe hidup seperti ini ada. Dan guess what: kalau melihatnya tipe hidup seperti ini 1-2 orang mungkin saya anggap biasa-biasa saja tapi yang saya temui ukurannya adalah desa. Bukan 1 desa juga tapi beberapa desa. Ini ukurannya komunitas bung, penduduk, rakyat...
Kasian deh kalau kita belum pernah pergi ke desa-desa seperti ini sebab konsep hidup kita mungkin hanya terpaku pada kerja keras di kantor di Jakarta, pergi jam 6 pagi pulang jam 8 malam, dan sial kalo jadi si miskin di Jakarta sebab seperti saya dulu: pergi naik kereta pulang naik kereta didempet kaya ikan sarden di kaleng.
Nah desa yang saya jumpai masuk hitungan berkecukupan atau menengah ke atas kalau dilihat dari penghasilan, tabungan dan investasi. Penghasilan lumayan, gada kebutuhan yang mahal (atau kalaupun mahal dapat dicukupi), mau makan tinggal ambil, dan tabungan serta investasi ada.
Penghasilan sekiat 3-10 juta di desa per bulan lumayan ga sih menurut kamu? Kalau saya nanya ma Pa Tony Chen eks Direktur Microsoft pasti dibilang gada papanya. Cuma buat saya, pendapatan segini masuk kategori sejahteralah. Ini adalah beberapa desa yang saya kunjungi pakai speedboat di pinggir Sungai Kapuas Hulu: Desa Jongkong Kiri Hilir, Piasak, Ujung Said, dan Nanga Betung (yang terakhir agak jauh dari Sungai tapi saya masukkan juga sebagai desa sejahtera dari hasil karet).
Rumah panggung, supaya ga tenggelam kalo musim banjir |
Ini tambahannya: investasi arwana super red atau silok- setiap KK biasanya pelihara 1-2 ekor (walau ada juga sampai 25 ekor). Ukuran 7 cm Rp 2,5 juta. Kalau besar sekitar 30 cm (sekitar 6-12 bulan) dijual 6-10 juta. Kalau 50 cm maybe disini (lokal) dijual 10-15 juta. Kalau bisa memijahkan indukan menghasilkan 20-40 anakan setahun sekali. Lalu panen tambak, setahun 1x maybe bisa dapat 10-30 juta.
Ikan Siluk (arwana super red) di akuarium yang kaga mampu saya beli |
Kalau sodara-sodara malas menghitungnya, saya cuma bilang pendapatan mereka dalam kondisi tidak panen apapun adalah minimal sekitar Rp 100.000 / hari. Ingat - tanpa PANEN ikan silok/arowana, buka tambak satu tahun sekali untuk tiap tambak yang dimiliki, atau menikmati kenaikan harga karet...
Itu untuk kategori kelas menengah saja perkiraan saya. Dan kelas menengah disini adalah cukup rata - kisaran normalnya dengan kurva menggelembung di tengah. Jarang yang bisa dibilang miskin disini karena mereka saling berbagi pekerjaan - terutama untuk kerja menyadap karet ( lebih bagus lagi kan: berbagi kerja dibanding berbagi duit?).
Nah loh, siapa yang miskin lalu jadinya. Saya menggolongkan diri saya miskin kalau begitu. Belum lagi kadang harga karet naik sampai 21 ribu / kg seperti beberapa tahun lalu, berapa penghasilan rakyat sini - kaya ga seh?
Jadi gini coy... jangan sok tahu kalau melihat penduduk pakai baju kucel, pake motor 90an bukan mobil Avanza, mandi di sungai, pakai HP Nokia lama atau Cross buatan Cina. Dia bisa jadi jauh lebih kaya dan sejahtera tenang lahir batin dibanding ente. Saya dengar juga dari Bapak Haji pemilik losmen "Merpati" di Putussibau; kalau pernah dia ditawarkan untuk beli emas oleh seseorang. Si Bapak nanya ada berapa gram - sebab tertarik juga buat investasi beberapa gram mungkin. Dijawab oleh si penjual yang katanya dari Suku Dayak, "Saya ada 50 kg Pak.." (sepertinya sih dikatakan sambil muka polos soalnya Pak Haji jadi melongo katanya).
Sekolah, emang penduduk sini sadar pendidikan kok - banyak juga yang kuliah di Pontianak |
Lanjut... : mancing ikan kalau perlu makan ikan sambil ga peduli waktu kerja. Kerja ga kena macet, minum Milo jualan/selundupan dari Malaysia (Milonya rasanya lebih enak dari buatan Indonesia soalnya yang kualitas untuk dijual pack minuman dingin). Siapa yang miskin sekarang saya tanya coba?
Mangkanya saya sih dukung ni hutan, sungai dijaga. Saya lebih ridho melihat penduduk, para sahabat saya ini jadi kaya dibanding Ibu Dede (pemilik perusahaan sawit PT Dian Agro Lestari). Hidup penduduk! Ternak ikan siluk, tanam karet, jaga hutan, tendang perusahaan kelapa sawit!
Catatan, update Maret 2012:
Ga semua KK di desa memelihara ikan siluk, tapi perhitungan hasil karet saya juga akan saya perbaiki. Hasil 5 kg per hari adalah ukuran penduduk yang malas nyadap karet. Buat penduduk yang menengah rajin bisa dapat 10 kg per hari, sementara penduduk super rajin bisa dapat 20 kg sehari. Artinya penduduk menengah rajin minimal bisa dapat Rp 120.000 / hari hanya dari karet (harga karet saat ini @ Rp 12.000 / kg)..