Senin, 25 Agustus 2014

Hari Pertama di Burma



8 Agustus 2014. Ini hari pertama menyeberang kedua negara: Thailand dan Myanmar. Bersama 3 pemudi ABG yang baik-baik saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negara yang sangat saya incar untuk diketahui keberadaannya. 

Berdasarkan 1000 list “yang harus dilakukan sebelum mati oleh Indra” – negara ini Myanmar termasuk salah satu favorit saya untuk dikunjungi sebab saya tidak banyak catatan tentang negara ini, hanya berdasarkan catatan wikipedia misalnya bahwa sepeda motor dilarang digunakan di negara ini. Lain-lainnya kelabu, tidak banyak yang bisa diceritakan negara tertutup ini. Sumber-sumber internet hanya mengulang-ulang informasi-informasi tertentu, seperti pagoda Shwedagon dan mengenai junta militer.

Sumber terdekat yang bisa dipercaya adalah perjumpaan saya dengan 3 orang teman dari Burma (seperti mereka menyebut Myanmar, sebagai bentuk penghormatan mereka yang lebih tinggi kepada nama ini) setahun yang lalu pada bulan Juni 2013. Secara umum saya bisa mengatakan mereka adalah orang-orang baik yang berpakaian sopan, dengan olesan tanaka di pipinya bagi yang perempuan dan bawahan sarung bagi yang laki-laki.

Nah katanya keberuntungan akan menghampiri orang yang berkeinginan kuat untuk mencapainya. Jadilah hari ini saya berbaring di tempat tidur di Bago Township, sebuah kota/kampung kecil sekitar 1-1,5 jam perjalanan dari Yangon. Sekilas pemandangan, kalau saya mau keluar dari semacam resort ekologis tempat menginap saya ini, yang ditemukan hanya jalan raya dengan semak/pertanian di sekelilingnya.

Banjir di Burma, saat pesawat mau mendarat
Burma tadi memang agak aneh kalau dilihat dari atas pesawat. Sebelum mendarat tampak lapangan-lapangan luas yang tergenang air, seperti rawa. Menurut Snow, teman saya (aka Thin Zar Maung) memang di Burma ini lagi hujan terus dan jadi banjir. Memang benar, tadi waktu di perjalanan sekitar Yangoon banjir melanda sampai jalan raya. Namun herannya adalah bahwa ini terjadi di sekitar lahan-lahan pertanian. Dugaan saya adalah memang lokasinya dataran rendah, drainase sekitar jalan yang kurang baik dan anomali - curah hujan yang tinggi (di Burma ini, Agustus adalah bulan penuh hujan lebat – berbeda dengan di Indonesia yang sedang menikmati panas pol).

Tanaka, bedak dingin di pipi :) , dipakai oleh anak-anak dan perempuan

Yang saya lihat yang lain adalah bukti bahwa memang para perempuan memakai tanaka (semacam bedak dingin) pada kesehariannya. Saya bilang sih jadi eksotis dan manis ya. Jadi agak bergeser nih kalau melihat tante-tante dandan menor di Jakarta. Mungkin mending pakai semacam tanaka aja ya biar terlihat kesederhanaannya. Apalagi kalau diperhatikan, kalau memakai tanakanya bagus pipi dan jidatnya tampak seperti dilukis berputar-putar dengan bedak putih. Keren banget kaya di film Indiana Jones. Perempuan-perempuan ini memakai tanaka di bandara, di pasar, di pinggir jalan. 

Bukti lain yang saya temukan adalah cowoknya pakai sarung buat pengganti celana sehari-hari. Maybe sekitar 30-50% lah persentasenya. Teman saya sempat bertanya juga sih ke saya, apa ga susah pake sarung karena gak ada kantongnya? Saya juga jadi bertanya sih, apakah sarung dipakai karena melestarikan tradisi, disuruh ma junta militer supaya ga hidup mewah-mewah amat, atau karena disini orang merasa keren kalau pake sarung? Tapi saya sempat lihat juga tuh pada agak kesusahan waktu hujan dan rada banjir. Pada narik-narik sarung sampe ke lutut tuh.

Jalan-jalan di Yangon sambil pakai longyi
Apa lagi yah yang saya temukan pada survei beberapa jam ini?

Ehmm.. kayanya teman Thai bisa saling berkomunikasi dengan teman Burma (bahasanya mirip kali). Kopi hitamnya enak (jadi ga pede kalau mengeluarkan kopi yang saya bawa, sachetan indocafe). Perempuannya banyak yang manis (menurut saya). Kotanya ga terlalu mewah (sedeng-sedeng aja kaya Cibinong kali ya kalo di Jawa Barat) Cuma kok heran mobil pribadinya banyak yang mewah ya? Lalu banyak warung sederhana di pinggir jalan yang dibangun dari bambu dan kayu. Sederhana banget menurut saya bahkan kalo dibanding warung indomie di Indonesia.

Ok itu aja dulu kali ya. Namanya juga baru beberapa jam lah. Mau tidur dulu dengan teman sekamar yang Burmese ini (Ye Yint namanya). Semoga besok menemukan lebih banyak fakta ya. Doakan saya ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar