Sedihnya... or menyesalnya saya.
Tadi pagi saya beli sarapan nasi campur di warteg dekat "Gerimis" Univeritas Pakuan, isi kentang, mie dan telur bulat cabe plus sambal sedikit. Kalau saya sempat memakannya, pasti akan memuaskan rasa lapar saya karena nasi campur tersebut enak sekali. Bayangkan, makan nasi pagi-pagi dengan mie yang rasanya manis, kentang kecil-kecil yang sedikit pedas dan telur bulat cabe yang pedas gurih, plus sambal si teteh yang pedas agak asam-asam pasti membuat mata 5 watt saya nyala kembali pijaran semangatnya.
Sang nasi campur sepertinya jatuh saat saya menggantungkannya di motor skuter. Gantungannya memang kecil, dan mungkin karena tergoncang saat di jalan jadi terjatuh.
Sepele memang. Tapi rasanya kehilangan nasi campur ini memang memberikan saya perasaan lapar, sedih dan bokek, karena juga uang saya bulan ini tinggal 100 ribu saja secara de-facto de jure (padahal ini baru tanggal 22 Mei). Kalau kemarin saya memakai 100 ribu lainnya untuk pergi ke Kedubes Cina untuk urus visa. Sedangkan uang tabungan saya sudah di convert jadi simpanan yang tetap, dan saya tidak ingin mempergunakan atau menggadaikan simpanan saya (buat tabungan masa depan soalnya).
Well, jadi inget walau lebay lebay dikit yaaa... kalo kita ga akan merasa kehilangan sesuatu bila milik kita masih ada. Kita baru akan merasa kehilangan apabila milik tersebut sudah tidak ada.
Nasi campur oh nasi campur dimanakah engkau berada?