Senin, 09 April 2012

Renungan di Kolam Pak Haji

Kemarin, di hari Sabtu Suci - sehari sebelum Paskah saya mancing di kolam ikan milik Pak Haji di Parung. Kenapa dipanggil Pak Haji, karena dulu pemiliknya adalah Pak Haji Sesuatu. Walau sudah berganti pemilik tapi tetap bagi kami pemancingan besar itu dinamakan Kolam Pancing Pak Haji.

Kolam pancingnya besar... tidak seperti kolam pembesaran ikan yang ukurannya kecil-kecil agar makanan saat disebar tidak jatuh kemana-mana. Tidak kecil seperti kolam pemancingan yang sistemnya beli ikan per kg lalu dilepas agar bisa dipancing bersama-sama (diperlombakan dengan sumber daya ikan terbatas, ada yang rugi ada yang untung). Ini adalah kolam pemancingan dimana kalau kita dapat ikan lalu ditimbang dan dibeli, jadi sebenarnya seperti membeli ikan di pasar, hanya perlu dipancing terlebih dahulu.

Dengan sistem seperti ini, maka kolam bisa dibuat besar, luas - indah. Ikan tidak perlu banyak diberi makan karena yang memberi makan adalah para pemancing. Ikan cukup diberi makan dengan porsi sedang-sedang saja. Mungkin setahun sekali dua kali akan dipanen.

Memancing ikan menyenangkan, mengasah naluri purba, namun menimbulkan kesedihan, terutama saat melepas kail dari mulut-mulut ikan yang ditangkap.

Menurut teori, ikan mempunyai daya penyembuhan yang cukup baik terutama di bagian mulut. Entah itu dusta atau benar. Yang jelas saya tetap sedih saat membuka kail dari mulut sang ikan.

Jadi berpikir dan merenung, dengan keterbatasan pikiran... bertanya lagi, mengapa manusia perlu membunuh? Bukankah sebaiknya ia diciptakan minimal sebaiknya tidak perlu makan? Sehingga manusia juga tidak perlu membunuh?

Mengapa ia diciptakan membutuhkan protein? Mengapa ia diciptakan membutuhkan lemak? Bahkan ia perlu serat yang diambil dari tetumbuhan (well, maybe someday saat manusia begitu maju maka membunuh tetumbuhan juga akan digolongkan dalam tingkat baru pembunuhan).

Mengapa manusia harus membunuh ? Bahkan Yesus pun sepertinya makan ikan, roti dan minum anggur kalau dilihat di kitab suci. Apakah ini kutukan permanen dari yang mendesain di sana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar