Ini Maret 2012, gonjang-ganjing, demo, debat mengenai haruskah harga BBM naik. Analisis Kwik Kian Gie, harga BBM tidak harus naik. Analisis ekonom pemerintah kekeuh bilang harus naik.
Saya pengikut Pak Kwik, bukan karena sama-sama Cina, melainkan karena logika. Walau saya tahu kemarukan kelompok yang menguasai pemerintahan melakukan logikanya sendiri. Ngebodo-bodoin orang sampe kirim-kirim pesan melalui BBM, mencoba meyakinkan orang agar mendukung kenaikan harga BBM.
Mengapa saya menentang harga minyak naik? Saya mencoba menyarikannya dari persepsi saya yang sederhana.
Data yang ingin DIBANTAH:
1). Harga BBM harus naik, karena harga minyak dunia tinggi. Sehingga subsidi dari APBN naik, membuat APBN jebol
2). Harga BBM harus naik, karena harga BBM di negeri tetangga lebih mahal dibanding Indonesia.
Premis:
1). Negara Indonesia adalah negara besar penghasil minyak mentah.
2). Untuk mengolah minyak mentah, ada pabrik pengolahannya. Indonesia punya, tapi tidak mampu mengolah seluruh minyak mentah yang dihasilkan. Indonesia mengirimkannya ke negara lain agar diolah.
3). Konsumsi BBM (minyak yang sudah diolah) Indonesia saat ini lebih tinggi dibandingkan produksinya. So Indonesia mengimpor minyak mentah/bentuk olahannya (tergantung strategi yang mau dipilih).
Pengembangannya (kudu baca urutan):
1). Produsen yang menghasilkan barang dapat menentukan harga barang jualannya sendiri. Ia mengetahui ongkos produksi dasar yang dikeluarkan.
Semisal kamu menjual kopi, kamu tahu berapa harga pupuk yang dipakai, tenaga kerja, transport mengangkut dari kebun ke rumah, harga karung pengangkut, insektisida dan lain-lain. Dihitung. Lalu kamu pasti tahu berapa ongkos produksi dan harga jual dasar kopi mentah yang sesuai.
2). Kalau mau diolah. produsen juga tahu harga pengolahannya. Dan harga pengolahan cenderung tetap, atau berfluktuasi kecil saja.
Kopi itu akan dibawa ke pabrik diolah jadi bubuk kopi. Produsen akan diberi tahu dulu oleh pemilik pabrik kopi, berapa biaya pengeringan, pembuangan kulit, roasting (dipanggang) sampai dikemas (kalau mau sampai dikemas oleh si pemilik pabrik dengan plastik berlogo).
3). Maka produsen mengetahui harga akhir barang olahannya. Harga ini jelas-jelas-real-nyata. Kalau produsen mau untung menjual maka ia bisa menaikkan harga jual diatas harga produksi.
3). Kalau misal pengkonsumsi sangat banyak, sehingga barang olahan habis dan perlu tambahan maka produsen bisa membeli dari produsen lainnya (baik produk mentah lalu diolah di pabrik, atau dalam bentuk jadi).
Untuk kasus minyak, minyak mentah bisa dibeli oleh BUMN lalu diolah, atau memberi produk olahan yang sudah jadi.
Nah cuy, kalau kita ngebor minyak sendiri, lalu ngolah semuanya di Singapura (case kita males ngolahnya), kita (Indonesia) masih menentukan harga jual minyak olahan dengan semua variabel ongkos produksi yang diketahui. So harganya benar-benar kita ketahui sendiri, kita tentukan sendiri, kita pegang sendiri. Yang kita harus nego adalah harga minyak yang tidak kita produksi sendiri.
Ilustrasi Gampang Lain (cuma sekedar ilustrasi ya):
Harga produksi minyak Rp 2000 / lt
Harga mengolahnya jadi bensin, biaya transport dll Rp 500 / lt
Maka harga basic bensin Rp 2500 / lt. Kalau jual diatas itu untung, misal Rp 4000 / lt maka untung Rp 1500/ lt
Nah ada lagi kebegoan luar biasa dari ekonom rakus. Katanya kita ngikutin harga minyak di dunia, dari New York – NYMEX.
Saya tanya: siapa yang suruh ngikutin HARGA SONOOO !
Nah elo produksi sendiri, ngolah bolehlah ma orang laen (tapi lu tau ongkosnya) so lu juga lah yang nentuin harga jualnya sendiri? Masa ditentuin ma orang laen – emang dia siapa elo?
Yang perlu ngikutin harga minyak dunia barangkali adalah minyak yang tidak berasal dari bumi Indonesia. Itupun elo masih bisa nego ma negara tetangga toh cari yang murah (baik minyak mentah atau olahan)? Soalnya yg dijadikan patokan adalah harga minyak mentah kan? Ga semua harga BBM (olahan) di Dunia sama toh per liternya?
Logika ya, ilustrasi ke-2 sekarang soal subsidi:
Pisang lu ambil di kebon. Lu hargain Rp 2000 (lu dah itung pupuk, ongkos bawa, dll). Terus digorengin ma emak elo, nambah ongkos minyak ma ongkos emak lo goreng Rp 500.
Kalo lu jual Rp 4500 boleh ga? Boleh lah... wong pisang elo? Lu untung Rp 2000 kan luamayan banget?
Kalo lu jual Rp 6000 boleh ga? Boleh juga cuman kok jadi kemahalan ya? Untunglu gede pisan cuy!
Yang lebih parah tentang subsidi, adalah kalo mentang-mentang si Ujang di kampung sebelah jual Rp 6000 lu tetep kepengen jual segitu juga (walau rakyatlu dah tereak-tereak kemahalan, ga mampu beli) dan tau ga apa: elo minta duit ke emaklu supaya emaklu nalangin Rp 6000 (harga jual si Ujang di negeri tetangga) – Rp 4500 = Rp 1500 buat elo...
Jadi intinya, lu dah untung Rp 2000 (lu jual Rp 4500) terus dapet lagi Rp 1500 (dari emaklu) supaya lu bisa jual Rp 7000 (sebab lu sirik ma si Ujang yang jual seharga segitu di negeri seberang). Nah kebangetan ga?
Lu untung Rp 2000 aja dah OK. Sekarang lu mau untung Rp 3500,-
Lu pikir emang emaklu kaga keabisan duit apa buat beli beras kalo lu minta dia nalangin daganganlu? KEBANGETAN !
“...pengeluaran uang tunai untuk pemompaan minyak sampai ke atas muka bumi (lifting) ditambah dengan pengilangan sampai menjadi BBM (refining) ditambah dengan pengangkutan sampai ke pompa-pompa bensin (transporting), seluruhnya sebesar USD 10 per barrel. Dengan kurs yang 1 USD = Rp. 9.000, uang tunai yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 liter premium sebesar Rp. 566“ (Kwinkwiangie.com, 30 Maret 2012)
Balik ke pemerintah.
Kalo bilang di negeri tetangga jual Rp 7000, itu urusan mereka, ga usah ikut-ikutan SIRIK pengen naek-naekin. Lah kalo mereka kan punya sumur sendiri, itungan produksi sendiri, pendapatan per kapita yang berbeda. Mau naek jadi Rp 20.000, ya ga perlu lah ikut-ikutan.
Kalau lalu khawatir ada penyelundupan ya tugas elooooo dong sebagai aparat negara yang mencegah penyelundupan di perbatasan? Lagian yang nyelundupin kongkalikong juga kan ma aparat negara? (jangan pura-pura ga tau).
Yang kita kudu lakuin:
- Bikin pabrik pengolahan minyak di Indonesia, so bener-bener elo mandiri. Harga ga dipermainin pasar.
- Mikir dong invest buat mendukung penggunaan teknologi terbaharukan (matahari, angin, ombak, panas bumi, biofuel, dll) kalo ngerasa minyak akan habis. Males banget seh?
- Berantas mafia minyak. Ni skema penaikan harga BBM jelas-jelas ada yang diuntungkan. Apa itu yang buat keputusan (dapat persekot), pengolah minyak, perusahaan minyak lokal dan asing, komisaris-komisaris minyak, atau negara asing neh? Gw jadi inget karya John Perkins, The Economic Hit Man neh...
Yang namanya bensin bukan pisang goreng. Masyarakat ga makan pisang goreng gapapa. Kalo ga pake bensin bisa ga jalan motornya, mobilnya. Bensin juga vital sebab kenaikannya memicu kenaikan harga lain. Memang sangkamu harga pisang goreng kaga naek apa kalo bensinnya naek?
Jangan kaya Bibit Waluyo Gubernur Jateng yang kaya cakil kalo ngomong, “Kan naeknya cuman seharga 1 batang rokok (Rp 1500)! Ga perlu dipikiran.” – lah bensin masa disamain ma rokok. Mau juga elo, Bibit disamain ma cakil.
Untuk liat negara-negara mana yang melakukan penetapan harga sendiri untuk minyak olahannya, dan buat itungan lebih detail (numerasi) silahkan cek ke blog Mr Kwik Kian Gie: http://kwikkiangie.com/v1/2012/03/kontroversi-kenaikan-harga-bbm