Temen saya di acara internasional di Bogor, seorang anak muda dari Myanmar
mengaku bahwa dirinya adalah seorang gay (artinya menyukai yang lainnya yang
berjenis kelamin sama, laki-laki). Kalau dibilang ia seperti perempuan secara
fisik sebenarnya tidak terlihat. Hanya saja ia suka benda-benda bernuansa
kewanitaan seperti sepatu high heels (sebab ia mencari-cari benda itu di Bogor
Trade Mall, sebuah pusat belanja di kota saya tinggal). Favoritnya adalah Lady
Gaga dan di malam perpisahan ia bernyanyi dan berdansa seperti Lady Gaga the
Monster begitu kata dia, Alex.
Nah biasanya di negara yang kesejahteraannya rendah (seperti Myanmar)
orang-orang yang berorientasi homoseksual agak jarang terdengar, tapi teman
saya ini lain - dia vokal banget, berani menunjukkan kalau dia gay, bahkan
cerita tentang pacarnya yang sama-sama laki-laki – kangen katanya ingin kalau
ia dijemput di bandara nanti kalau ia pulang. Ternyata kemudian saya tahu kalau
dia adalah putra seorang usahawan yang sangat kaya di kotanya. Selain itu ia
juga bersekolah di sekolah internasional, jadi saya rasa pergaulannya di sana
cukup liberal dan bebas. Saya rasa artinya ia mendapatkan dukungan yang baik
pula untuk akses arus informasi termasuk untuk mendukung ke-gay an nya (bisa
searching di internet minimal dengan free).
Indonesia juga agak anti dengan homoseksualitas - berbeda dengan di Thailand
atau Belanda yang agak beda memperlakukan kaum homoseksual maupun transgender
(kalau kata yang ini berarti kalau misalnya laki-laki kemudian berganti kelamin
menjadi perempuan, dan sebaliknya).
Oh ya lupa, homoseksulitas itu ada yang gay (laki suka laki) dan lesbian
(cewe suka cewe) juga. Bisa terjadi karena genetik dan juga dipengaruhi oleh
lingkungan.
Terus kenapa ya orang pada umumnya pada ga suka sama kaum gay atau lesbian?
Ini dengan asumsi pembicaraan kita bukan di negara-negara yang memiliki
pandangan khusus yang cukup positif pada kaum ini.
Kalau teori saya, ini berasal dari jaman purba, boleh ya saya cerita?
Dulu (dan masih juga seh sekarang) ada pembagian pekerjaan adalah
berdasarkan jenis kelamin - berikut teori fisik yang melekat padanya. Maaf ya
yang ga suka teori, gw kasih teori neh berdasarkan juga buku Man from Mars and
Women from Venus. Gw kasih dikit deh.
Pada intinya, ada perbedaan kekuatan dan fungsi tubuh di dua jenis kelamin
ini. Kalau cowo karena jaman dulu kerjaannya adalah berburu maka fisik
berkembang kuat untuk pekerjaan berat.
Otot-ototnya berevolusi / beradaptasi berkembang
lebih kuat, bagian dari otaknya yang berhubung dengan indera penglihatan mampu
mengkalkulasi jarak, lebar, tinggi (3D) agar mampu menusuk buruannya dengan
tepat. Kalau perempuan, bagian otaknya yang berhubungan dengan indera
penglihatan - karena fungsinya yang berkembang untuk menjaga sekitar (sebab ia
stay di gua) maka ia memiliki lebar penglihatan yang lebih luas. Ia bisa
mengawasi sekitar jauh lebih baik daripada laki-laki, hanya ia agak
"gagal" dalam mengkalkulasi 3D.
Mangkanya kalau nyetir perempuan lebih banyak nabraknya sebab persepsi
kedalamannya agak kurang. Mangkanya kalau cowok ngelirik perempuan matanya
keliatan banget ngelirik, sedang perempuan tidak.
Secara fisik, laki-laki didesain menjadi pemburu yang baik. Sedangkan
perempuan didesain untuk fungsi perawatan. Untuk yang ini saya yakin, sama
seperti saya meyakini teori evolusi dan kalau kaum ultra feminis mencoba
membantah teori ini silahkan saja. Secara ilmu pengetahuan saya meyakini bahwa
ini terjadi.
Balik lagi, pembagian tugas tersebut saklek dan dikala laki-laki atau
perempuan tidak bisa melaksanakan tugasnya tersebut ia akan dikucilkan (kalau
jaman dulu biasanya dicuekin, ga dikasih makan, ga boleh masuk shelter bahkan
bisa dibunuh) sebab jaman itu memang keras. Semua angota kumpulan harus (HARUS)
bisa melakukan tugas primernya dengan baik. No time lah buat ngerjain hal-hal
sekunder.
Nah lalau gitu apeslah buat yang berorientasi homoseksual sebab misal
ditemukan cowok yang keperempuanan (lemah) atau perempuan yang ga bisa masak
dan mengawasi anak-anak, agresif maka dikeluarkanlah ia dari kelompoknya. Pada
waktu itu masyarakat tidak mampu menyediakan jenis pekerjaan yang cocok bagi
kaum yang berbeda karena memang belum dibutuhkan pada struktur masyarakat yang
sederhana. Kerjaan masyarakat sederhana ini cuman beginila kira-kira: cowok
keluar gua nyari makan, cewek tunggu gua sambil rawat anak dan jaga-jaga supaya
gak ada harimau gigi pedang yang menyantap anak-anak mereka.
Bukan hanya kaum dengan orientasi seksual berbeda yang akan dikucilkan agar
hilang dari komunitas tapi termasuk diantaranya adalah kaum cacat (difabel),
kaum yang sakit, kaum tua (kecuali maybe yang pernah berjasa karena dianggap
pengetahuannya berharga buat dideger kalo lagi kongkow deket api unggun).
Mengapa? Sekali lagi pada masa itu, kaum tersebut tidak dirasakan punya manfaat
selain menjadi beban kelompok.
Pembagian tugas yang lebih rumit terjadi pada masyarakat yang sudah lebih
maju dan kompleks. Misalnya kalo diilustrasiin jadi begini neh: si masyarakat
gua kaum prianya jago banget berburu dan produksi berkelimpahan terus, kaum
wanitanya bereproduksi terus, mengumpulkan jamu-jamuan, tidak ada masalah
dengan lingkungan maka lalu punya waktu untuk santai.
Di situ lalu timbulah pekerjaan-pekerjaan sekunder, misalnya lalu si wanita
dominan yang biasanya punya waktu lebih (ya iyalah masa si ratu disuruh nyuci
baju terus dalam keadaan baik-baik saja?) lalu mencari pesuruh yang dipakai
buat menyisir rambutnya (agar si cowok dominan, si pemimpin saat datang dari
berburu atau memimpin kelompoknya mengusir musuh tertarik lalu mengajak reproduksi).
Kalo cowok dominan, misalnya mereka juga perlu dihibur maka lalu munculah
misalnya peran bagi manusia bertubuh kerdil (cacat sebenarnya, bisa secara
genetik) untuk berperan sebagai badut.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa pada masyarakat yang lebih kompleks
strukturnya maka peran-peran bagi kaum minoritas ini akan semakin terbuka.
Semakin kompleks strukturnya maka semakin terbuka peran-perannya.
Kalau ga percaya, coba deh pikirin mana ada misal wedding singer, pembuatan
website, jasa pembuatan skiripsi, jasa
perawatan akuarium air laut di masa perang kemerdekaan RI. Saya cuma bermaksud
mengatakan kalau jasa-jasa tersebut ada di jaman sekarang, tahun 2000an yang
secara struktur masyarakatnya cukup kompleks (didukung ma perkembangan
teknologi) yang mebutuhkan tenaga ahli secara khusus.
Mau lebih aneh lagi? Pernah ga memikirikan kalau misalnya ada lagi jasa
misalnya untuk mengusulkan pemberian nama buat bayi yang baru lahir? Atau
misalnya jasa mengambilkan barang yang ketinggalan di rumah untuk diantar ke
kantor?
Nah pada saat tersebutlah maka peran kaum minoritas termasuk lesbian dan gay
bisa diterima sebab disitulah fungsi-fungsi mereka di masyarakat bisa diterima.
Mereka misalnya bisa berperan sebagai hair stylist, koki, memasukkan data di
komputer, membuat website, atau bahkan diperbolehkan bekerja lebih formal
seperti bekerja sebagai tentara, di perusahaan atau lain-lain.
Sebab di masyarakat yang maju, semua bisa berperan di bidangnya
masing-masing.
Menurut saya, munculnya homoseksualitas (yang benernya udah ada dari dulu)
adalah bagian dari perkembangan struktur masyarakat dari yang sederhana menuju
yang lebih kompleks, thats all... bagian dari ilmu biologi, ekologi manusia dan
dicampur ma sosiologi.